Kemenkop UKM: Omzet Pedagang Atribut Kampanye Turun hingga 90 Persen di Pemilu 2024

JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebut, masa kampanye Pemilu tahun ini belum berdampak signifikan terhadap pemasukan para pelaku UMKM. Bahkan, omzet para pedagang disebut menurun hingga 90 persen dibandingkan Pemilu 2019.

Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop UKM Yulius mengatakan, kondisi itu terasa utamanya bagi pelaku usaha yang bergerak di sektor produksi alat peraga kampanye, seperti baliho, kaos/kemeja/jaket, hingga topi.

"Pada periode pesta demokrasi atau Pemilu cenderung terjadi peningkatan omzet alat peraga kampanye yang signifikan. Namun, kondisi saat ini berbanding terbalik," ujar Yulius dalam Konferensi Pers Perkembangan Pendapatan UMKM Pada Masa Pemilu di Gedung Kemenkop UKM, Jakarta, Senin, 8 Januari.

"Dari catatan kami di lapangan menunjukkan bahwa masa Pemilu 2024 belum memberikan dampak signifikan bagi sebagian besar pelaku UMKM bidang usaha konveksi dan sablon yang memproduksi dan menjual produk atau alat peraga kampanye," sambungnya.

Berdasarkan hasil observasi Kemenkop UKM ke sejumlah pedagang pasar di DKI Jakarta, didapatkan informasi tentang adanya penurunan omzet hingga 90 persen dibandingkan dengan masa kampanye di 2019 silam.

"Dinilai terdapat penurunan penjualan produk untuk kampanye cukup drastis sekitar 40- 90 persen," kata dia.

Pada kesempatan sama, Ketua Umum Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB) Nandi Herdiaman mengatakan, umumnya musim kampanye Pemilu menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Sebab, pembuatan segala atribut kampanye dikerjakan oleh pelaku UKM.

Namun sampai saat ini, kata dia, pemesanan yang masuk ke pihaknya terbilang tak meningkat signifikan.

"Dulu saat musim kampanye 2019, tiga bulan sebelumnya sudah ada order dari 4 juta sampai 15 juta hanya dari partai. Sekarang, jutaan itu enggak sampai. Hanya puluhan ribu saja, itu pun bukan dari partai hanya dari caleg," tuturnya.

Nandi mengatakan, biasanya kampanye juga banyak didukung oleh tim sukses salah satu pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Namun, tetap saja pemesanan yang masuk hanya sedikit.

"Mereka membuat pesanan tetapi dadakan dan tidak dalam jumlah besar, waktunya pun mepet. Penjualan kami turun drastis hingga 70 persen dibandingkan Pemilu 2019," ungkap dia.

Tak hanya itu, lanjut Nandi, justru para pengusaha konveksi ini malah mencari pekerjaan karena kekurangan pesanan. Menurutnya, yang semula di media sosial ramai mencari pekerja tambahan untuk membantu konveksi, sekarang para pekerja lepasan itu malah mencari pekerjaan karena dipulangkan dari konveksi sebelumnya.

"Yang tadinya kerjaan banyak, sekarang nganggur, ya sudah jelas. Karyawan itu kalau di konveksi bukan PHK, ya. Konveksi itu yang home industry bukan PHK. Kalau ada kerjaan, ya, kerja. Kalau enggak, ya, tanggung sendiri dikarenakan sistemnya bukan kayak PT," jelasnya.