Indosat Jual 4.000 Menara, Upaya 'Balas' Kerugian Rp716 Miliar pada 2020 Jadi Untung di 2021?

JAKARTA - Perusahaan telekomunikasi PT Indosat Ooredoo Tbk menyatakan bahwa penjualan menara sebanyak 4.000 unit adalah sebagai bagian dari upaya meningkatkan kinerja perusahaan pada 2021. Hal itu terutama dari sisi peningkatan laba bersih emiten bersandi saham ISAT ini.

Chief Operation Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha menuturkan, penjualan menara sudah dilakukan sejak 2019 sebagai bagian dari normalisasi perseroan untuk dapat meningkatkan kinerja sekaligus menurunkan biaya.

"Kalau lihat di 2019 kami menjual sejumlah menara ketika sudah dinormalisasi hal-hal tersebut, kami ada peningkatan signifikan terhadap pengurangan biaya, inilah yang direfleksikan dalam kinerja kami menjadi meningkat," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu 21 Februari.

Penjualan menara merupakan bagian dari upaya normalisasi dengan penjualan menara yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan telah terjadi peningkatan signifikan pada periode sebelumnya.

"Mengenai penjualan menara pada tahun ini masih terlalu dini untuk bisa menyampaikan, karena kami baru saja memulai prosesnya, di saat ini masih terlalu awal untuk membahas mengenai itu," tuturnya.

Meski demikian, penjualan menara ini merupakan bagian dari strategi untuk rebound dan peningkatan kinerja sepanjang 3 tahun, sejalan dengan berbagai kegiatan.

Vikram menegaskan 5G merupakan investasi yang sangat penting di industri telekomunikasi. Selama enam kuartal terakhir, Indosat menggenjot penggelaran jaringan, termasuk penggelaran serat optik, agar layanan yang diberikan makin prima sekaligus mempersiapkan diri dalam menyambut 5G.

"Kami juga bekerja dengan ketat dan dekat dengan regulasi serta mempersiapkan infrastruktur yang diberikan. Kami memiliki fokus yang sangat tinggi terhadap persiapan jaringan 5G," katanya.

Dia juga mengatakan bahwa manfaat investasi 5G akan makin terasa saat ekosistem 5G sudah siap. Indosat terus menjalin komunikasi dengan regulator untuk melihat peta jalan frekuensi untuk 5G.

Sebagai informasi, Indosat mencatatkan kerugian Rp716,7 miliar pada 2020, meskipun pendapatan mengalami peningkatan. Mengutip laporan Indosat di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau rugi bersih Indosat sebesar Rp716,7 miliar pada 2020. Nilai itu berbalik dari laba bersih Rp2,28 triliun pada 2019.

"Pada 2019 raihan laba bersih utamanya disebabkan oleh keuntungan penjualan menara," papar manajemen Indosat.

Pada 2019, ISAT sudah lebih dulu melepas 3.100 menaranya kepada Mitratel dan Protelindo dengan nilai total Rp6,39 triliun. Mitratel mengambil 2.100 menara, sedangkan 1.000 menara lainnya diambil alih oleh Protelindo.

Di sisi lain, pada 2020 ISAT mencatatkan kenaikan beban menjadi Rp25,53 triliun. Jumlah itu meningkat 16,6 persen dibandingkan beban pada 2019 sejumlah Rp21,89 triliun.

Peningkatan beban tersebut utamanya diakibatkan oleh beban pesangon karyawan dan beban depresiasi dan amortisasi, yang diimbangi oleh penurunan dalam beban umum dan administrasi, beban pemasaran, serta beban penyelenggaraan jasa.

Menurut manajemen ISAT, tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam berbagai aspek, baik dari COVID-19 maupun tekanan dari operator lain.

Namun, Indosat Ooredoo tetap berhasil menjaga momentum pertumbuhannya, terutama dari sisi pendapatan. Pada tahun 2020, total pendapatan tumbuh 6,9 persen menjadi sebesar Rp27,9 triliun, pendapatan selular tumbuh sebesar 11,6 persen menjadi Rp23,1 triliun, dan EBITDA mencapai Rp11,4 triliun, tumbuh 16 persen.