Majelis Sinode GPIB Beri Pesan Pemilu Sebagai Penguat Demokrasi

JAKARTA - Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Jakarta memberi pesan penggembalaan menjelang ibadah malam Natal 2023 mengenai Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, salah satunya yakni pemilu sebagai instrumen penguat demokrasi.

"Pemilu kiranya akan menjadi instrumen untuk membangun dan memperkuat demokrasi, serta pemilu akan menjadi sarana bagi upaya untuk memperkuat tiang-tiang penyangga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," kata Ketua Majelis Sinode XXI GPIB Pendeta Paulus Kariso Rumambi di Jakarta, Minggu.

Ia juga mengingatkan agar pemilu tidak menjadi media untuk menegasikan NKRI, sebagaimana pesan dalam Alkitab 1 Korintus 12:25, "Supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan."

"GPIB harus melihat bahwa pemilu tak boleh semata-mata dijadikan ajang memilih orang untuk menduduki jabatan yang tersedia, meski tujuan utamanya memang itu. Tetapi jauh lebih penting adalah menempatkan pemilu sebagai media integrasi bangsa," ujar dia.

Paulus menyebutkan politik uang dan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) masih marak. Melihat pengalaman masa lalu, kata dia, pendekatan hukum masih sulit untuk menghilangkan praktik-praktik kotor tersebut.

"GPIB menilai perlunya dorongan pendekatan etik moral untuk menghadapi pelanggaran tersebut. Perlawanan etik moral harus dilakukan oleh semua warga GPIB dalam rangka memberikan efek jera kepada pelakunya," tutur dia.

Majelis Sinode GPIB juga mengimbau agar seluruh warga GPIB dan seluruh warga masyarakat turut melakukan pengawasan proses pemilu, agar prosesnya dapat berjalan lancar, jujur, dan adil, serta hasilnya sungguh-sungguh merupakan cerminan pilihan murni masyarakat.

"Karena peran pengawasan pemilu ini juga merupakan wujud tanggung jawab gereja dalam mengawal demokrasi ke arah yang lebih baik," ucapnya