Hamas Sebut Tidak Ada Perundingan Sandera Kecuali Israel Akhiri Operasi di Gaza, PM Netanyahu: Menyerah atau Mati

JAKARTA - Israel pada Hari Kamis tegas menolak permintaan Hamas untuk menghentikan pertempuran secara permanen, sebelum kembali melakukan perundingan mengenai pembebasan sandera yang sempat dilakukan dalam gencatan senjata selama sepekan akhir November lalu.

Israel berulang kali menolak usulan Hamas mengenai gencatan senjata total dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, sebagai syarat untuk melanjutkan negosiasi pertukaran sandera.

"Kami berjuang sampai meraih kemenangan. Kami tidak akan menghentikan perang sampai kami mencapai semua tujuannya, menyelesaikan penghancuran Hamas, dan membebaskan semua sandera kami," kata PM Israel Benjamin Netanyahu, melansir The Times of Israel 22 Desember.

"Pilihannya sangat sederhana: menyerah atau mati. Mereka tidak punya dan tidak akan punya pilihan lain," tegasnya.

Dia menambahkan, "setelah kita menghancurkan Hamas, saya akan bekerja dengan seluruh kekuatan saya untuk memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel."

Sementara itu, seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada wartawan, saat ini tidak ada negosiasi aktif untuk perjanjian pembebasan sandera baru dengan Hamas. Namun, ia mencatat para pejabat Israel telah bertemu dua kali minggu ini dengan para pejabat Qatar untuk membahas kerangka baru untuk perjanjian tersebut.

"Kami menjelaskan kepada semua orang di Israel dan di luar Israel, inilah waktunya untuk memperbarui struktur (pembebasan) sandera yang baru," kata pejabat itu dalam konferensi pers yang tidak direkam.

Dia mengatakan kesepakatan sandera sebelumnya, pembebasan 105 orang, berjalan dengan baik dan Israel siap untuk membahas tahap-tahap baru pembebasan sandera untuk memulangkan sekitar 129 orang yang masih disandera.

Diberitakan sebelumnya, Hamas tidak akan menyetujui pembicaraan apa pun mengenai pertukaran tahanan, sampai Israel mengakhiri operasi militernya di Gaza, kata kelompok itu pada Hari Kamis.

"Ada keputusan nasional Palestina bahwa tidak boleh ada pembicaraan mengenai tahanan atau kesepakatan pertukaran, kecuali setelah penghentian agresi sepenuhnya," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, yang mengklaim berbicara atas nama seluruh warga Palestina, melansir CNN.

Sedangkan pejabat senior Hamas Ghazi Hamad mengindikasikan kepada Al Jazeera, kelompok militan tersebut tidak tertarik untuk membebaskan sandera dengan imbalan jeda pertempuran selama berminggu-minggu, karena Israel akan melanjutkan perang setelahnya.

"Beberapa orang mencari jeda singkat, jeda di sana-sini selama satu minggu, dua minggu, tiga minggu. Tetapi kami ingin menghentikan agresi tersebut (sepenuhnya)," ujar Hamad.

"Karena menurut saya Israel akan mengambil alih peran para sandera, dan setelah itu mereka akan memulai babak baru pembunuhan massal dan pembantaian terhadap rakyat kami. Saya pikir kita tidak akan memainkan permainan ini," tandas Hamad.