Konsultan Keamanan Siber Sebut Alasan Pemerintah Sulit Mengungkap Identitas Hacker Bjorka
JAKARTA - Kebocoran data terus terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sosok di balik Bjorka, sebutan hacker yang sempat meneror Kementerian dan Lembaga pemerintahan Indonesia masih belum memiliki kejelasan.
Sekitar September tahun lalu, aparat penegak hukum Indonesia menangkap pemuda asal Madiun yang diklaim sebagai Bjorka. Tapi sayangnya, pemuda tersebut bukanlah Bjorka yang asli. Hingga saat ini, kasus salah tangkap sosok Bjorka masih terus diperbincangkan.
Berkomentar mengenai kesulitan pemerintah Indonesia dalam menemukan sosok Bjorka, seorang konsultan keamanan siber sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto mengatakan bahwa kualitas aparat penegak hukum Indonesia masih ‘kurang’.
“Kalau kita bicara aparat penegak hukum, kalau kita bilang kualitasnya masih masih jelek banget ya,” ujar Teguh kepada VOI usai acara Media Briefing “Mengidentifikasi Ancaman dan Risiko Keamanan Siber dalam Pemilu 2024” oleh ELSAM pada Rabu, 20 Desember di Jakarta.
Menurutnya, beberapa insiden siber yang melibatkan lembaga seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), hingga Bareskrim hingga saat ini banyak yang belum terungkap.
Baca juga:
- 250 Juta Data KPU Diduga Bocor, Begini Respons Pakar Keamanan Siber
- Kaleidoskop 2023: Kumpulan Insiden Siber yang Pernah Viral di Indonesia Satu Tahun Terakhir
- Pemilik Dark Web BreachForums Ditangkap FBI, Bjorka Mau Lari ke Mana?
- Pakar Siber Soal Salah Tangkap Hacker: Bjorka Lebih Licin, di Atas Langit Masih Ada Langit!
“Karena kasus yang melibatkan beberapa lembaga kaya BSSN, BIN, sama Bareskrim tapi nggak ada. Padahal Bjorka dan Jimbo itu saya rasa orang Indonesia,” jelas Teguh lebih lanjut.
Teguh juga menambahkan, “Kasus salah tangkap kan kemarin ya, jadi kita bisa melihat banyak kasus yang melibatkan para penegak hukum, selama ini kan belum ada yang berujung ditangkap.”
Melihat kasus tersebut, dia beranggapan bahwa aparat penegak hukum di Indonesia belum teredukasi tentang bagaimana cara melakukan investigasi di ranah internet. “Kita memang belum bagus banget kualitas aparat di bidang itu,” pungkasnya.