JAKARTA - Peristiwa salah tangkap sosok Bjorka masih menjadi perbincangan publik hingga kini. Tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana hal tersebut bisa terjadi.
Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya dari Vaksincom mengatakan sosok di balik Bjorka cukup andal sehingga sulit sekali dilacak, sekalipun dengan bantuan Dark Tracer.
"Sebenarnya Dark Tracer cukup berpengalaman dan datanya cukup akurat. Tetapi sayangnya Bjorka ternyata lebih licin dari dugaan Dark Tracer dan sudah mempersiapkan diri dengan baik," kata Alfons kepada VOI, Jumat, 16 September.
"Jadi istilah di dalam dunia peretasan, di atas langit masih ada langit itu terjadi pada Dark Tracer," imbuhnya.
Diakui Alfons, Bjorka adalah peretas yang sudah berpengalaman dan tidak mudah dilacak. Diklaim, dia pun melakukan kompilasi dari beberapa kebocoran data dan dapat mengeksploitasinya dengan baik.
"Sebenarnya secara tidak langsung usahanya ini bertujuan untuk memberitahukan kepada pemerintah kalau institusinya tidak mengelola data dengan baik. Harusnya ditanggapi dengan evaluasi dan memperbaiki diri. Bukan dengan killing messenger of bad news," jelas Alfons.
Alfons menyarankan, saat ini pemerintah seharusnya lebih fokus untuk menjaga data digital masyarakat ketimbang hanya mengungkap siapa sosok di balik Bjorka.
BACA JUGA:
"Saya tidak melihat kepentingan yang terlalu tinggi dalam menangkap Bjorka, ini lebih kepada ego pemerintah yang pejabatnya sudah dipermalukan karena data yang dikelola instansi pemerintah bocor dan dibiarkan," ungkap Alfons.
"Justru yang lebih penting dikerjakan adalah bagaimana supaya data ini dikelola dengan lebih baik dan isntansi pemerintah yang mengelola data bisa lebih disiplin dan tidak menganggap enteng data kependudukan dan masyarakat yang mereka kelola bocor," tambahnya.
Menurut Alfons pemerintah perlu mempertimbangkan dengan menyerahkan kepada generasi yang lebih muda untuk membenahi bidang security data ini.
"Millenials dan lebih muda. Kalau baby boomers akan sangat sulit jika harus berpacu di dunia cyber dan millenials ini hidupnya sudah sangat akrab dan menyatu dengan lingkungan digital sehingga secara logis mereka akan jauh lebih cepat dan mudah beradaptasi menangani data digital," tegasnya.
Sebelumnya diwartakan, seorang pemuda warga Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan, Madiun berinisial MAH (21) ditangkap dan kini diperiksa di Mapolsek Dagangan. Ia diduga sebagai sosok di balik hacker Bjorka.
MAH sendiri diketahui berprofesi sebagai penjual es. Bahkan tidak memiliki komputer di rumahnya atas pengakuan sang ibu.
"Komputer tidak punya, tidak ada komputer hanya ponsel satu itu di tangan," tutur ibu kandung MAH, Suprihatin (48) kepada wartawan saat ditemui di rumahnya.