Punya Sumber Daya Melimpah, KESDM Mulai Cari Potensi Batu Bara Metalurgi
JAKARTA - Plt. Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid mengungkapkan kementeriannya tengah menggali potensi batu bara metalurgi.
Wafid menyebut, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah batu bara yang lebih tinggi.
"Sumber daya dan cadangan batubara Indonesia saat ini masih cukup banyak dengan total sumber daya sebesar 98,5 miliar ton dan cadangan sebesar 33,8 miliar ton," ujar Wafid dalam keterangannya kepada media, Jumat, 15 Desember.
Wafid menyebut saat ini Pusat Sumber Daya Mineral, Batu bara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi tengah menggali dan menyediakan data potensi batubara di Indonesia.
Apalagi, kata dia, sebelumnya batu bara Indonesia dijual sebagai batu bara termal saja.
"Padahal untuk beberapa jenis batu bara tertentu memiliki karakteristik sebagai batu bara metalurgi yang berguna dalam industri baja dan smelter pengolahan mineral, sehingga harga jualnya jauh lebih tinggi daripada batu bara termal," bebernya.
Lebih lanjut ia menambahkan ada asumsi yang keliru yang berpendapat bahwa industri batubara akan mengalami 'sunset', seiring dengan tumbuhnya EBT sebagai tumpuan dalam pemanfaatan energi.
"Padahal, untuk mencapai NZE dan hilirisasi mineral dunia, batu bara masih sangat dibutuhkan," imbuh Wafid.
Hal ini sejalan dengan yang sebelumnya diungkapkan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengungkapkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan pembangkit berbahan baku batu bara yang besar.
Sehingga dengan penetapan target NZE tidak lantas menghilangkan batubara sebagai salah satu sumber pembangkit listrik utama nasional dalam waktu dekat.
Setidaknya, kata dia, membutuhkan waktu hingga tahun 2057 sesuai dengan peta jalan menuju NZE yang digagas Kementerian ESDM, sembari secara paralel, pemerintah memperkuat basis pemanfaatan EBT untuk menopang energi nasional. Karena pemerintah juga berkewajiban untuk memastikan ketersediaan energi terhadap masyarakat.
Untuk menyuplai kebutuhan energi kepada masyarakat ketika penggunaan batu bara mulai melandai, Dadan menyebutkan bahwa pemerintah akan mengembangkan dan menyediakan energi yang lebih bersih dari EBT.
Oleh karena itu, batu bara yang tidak dipakai untuk bahan baku pembangkit bisa dimanfaatkan dalam bentuk yang sudah diolah dan lebih hijau melalui proses hilirisasi.
Baca juga:
"Kita ini harus mengarah ke green product, kita harus menciptakan green industri disini, karena memang nanti akan dilihat dari sisi prosesnya itu bagaimana sih cara memproduksi produk ini," tuturnya.
Dadan menjelaskan produk batu bara bisa diubah menjadi Dimethyl Ether (DME) melalui proses gasifikasi, yang akan bisa digunakan sepagai pengganti Liquefied petroleum gas (LPG), dengan konsumen yang sudah ada.
"Sebelum menjadi DME juga itu bisa menjadi methanol. Metanol ini banyak dipakai di industri-industri, kita bisa pakai metanol tapi dengan syarat nanti prosesnya harus bersih enggak ada emisi, menjadi produk hijau," tambahnya.