Sama Seperti Stephen Hawking, Sultan Rifat Al Fatih Gunakan Teknologi Digital Electrolarynx
JAKARTA - Sultan Rifat Al Fatih, yang menjadi korban kecelakaan karena terjerat kabel fiber optic di Jakarta Selatan, telah pulang dari RS Polri. Ayahnya, Fatih, menyatakan bahwa Sultan, meskipun pita suaranya diangkat selama operasi, kondisinya terus membaik.
Sekarang, Sultan menggunakan alat bantu bicara digital Electrolarynx (EL) untuk berkomunikasi. EL adalah perangkat genggam yang ditenagai baterai, memberikan getaran pada otot leher untuk menghasilkan suara. Meskipun suara yang dihasilkan oleh EL bersifat monoton dan kurang alami, ini menjadi solusi sementara untuk Sultan.
Elektrolaringks digital (digital electrolarynx) adalah perangkat elektronik yang digunakan oleh orang yang kehilangan kemampuan berbicara karena kehilangan laring (tenggorokan) atau organ berbicara lainnya. Elektrolaringks tradisional adalah perangkat mekanis yang menghasilkan suara ketika diaplikasikan ke bagian leher atau wajah, dan digunakan oleh orang-orang yang telah menjalani operasi pengangkatan laring atau mengalami cacat pada laring mereka.
Elektrolaringks digital menggunakan teknologi digital untuk menghasilkan suara yang dapat diatur dan dimodifikasi. Perangkat ini seringkali lebih fleksibel dan dapat memberikan suara yang lebih alami dibandingkan dengan elektrolaringks tradisional. Pengguna elektrolaringks digital dapat mengontrol output suara dengan lebih presisi dan bahkan dapat menghasilkan berbagai nada dan intonasi dalam percakapan sehari-hari.
Teknologi ini membantu individu yang kehilangan kemampuan berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Elektrolaringks digital sering dianggap sebagai alat bantu komunikasi yang penting bagi mereka yang mengalami kehilangan laring atau masalah serius pada organ berbicara mereka.
Baca juga:
- VIDA Memperkenalkan VIDA Sign, Solusi Tanda Tangan Digital yang Tersertifikasi
- Jelang Peluncuran, Ubisoft Buka Uji Closed Beta untuk Gim Skull and Bones
- Gim Marvel's Blade Sedang dalam Pengembangan oleh Bethesda Softworks dan Arkane Lyon
- SpaceX Tunda Peluncuran Pesawat Antariksa X-37B untuk Kedua Kalinya
Selain Sultan Rifat terdapat pula beberapa orang terkenal yang menggunakan elektrolaringks atau teknologi serupa untuk berkomunikasi meliputi:
Roger Ebert: Kritikus film terkenal ini kehilangan kemampuan berbicara setelah operasi kanker pada 2006 dan menggunakan perangkat elektronik untuk berkomunikasi.
Christopher Reeve: Aktor yang dikenal sebagai Superman ini menggunakan teknologi berbasis komputer untuk membantu berbicara setelah menjadi tetraplegia akibat cedera tulang belakang.
Stephen Hawking: Fisikawan teoretis yang terkenal ini menderita dari amyotrophic lateral sclerosis (ALS) dan menggunakan perangkat elektronik untuk berbicara.
Frank Reynolds: Seorang penyair dan penulis yang dikenal karena karyanya di bidang puisi, Reynolds kehilangan kemampuan berbicara setelah operasi kanker laring pada tahun 1980 dan menggunakan elektrolaringks.
Jason Becker: Gitaris dan komposer musik ini mengidap ALS dan telah menggunakan teknologi berbasis mata dan otot untuk berkomunikasi dan membuat musik.
Kenneth Branagh, aktor dan sutradara Inggris. Branagh mengidap Bell's palsy, gangguan saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan sementara pada wajah. Ia mulai menggunakan digital electrolarynx pada tahun 1989 untuk berkomunikasi.
Kathy Bates, aktris Amerika. Bates mengidap kanker tenggorokan pada tahun 2002. Ia menjalani operasi dan kemoterapi, yang menyebabkannya kehilangan suara. Ia mulai menggunakan digital electrolarynx untuk berkomunikasi pada tahun 2003.
M. Night Shyamalan, sutradara film Amerika. Shyamalan mengidap kanker tenggorokan pada tahun 2001. Ia menjalani operasi dan kemoterapi, yang menyebabkannya kehilangan suara. Ia mulai menggunakan digital electrolarynx untuk berkomunikasi pada tahun 2002.
David Crosby, musisi Amerika. Crosby mengidap kanker tenggorokan pada tahun 2010. Ia menjalani operasi dan kemoterapi, yang menyebabkannya kehilangan suara. Ia mulai menggunakan digital electrolarynx untuk berkomunikasi pada tahun 2011.
Perlu diingat bahwa teknologi ini telah membantu banyak individu yang kehilangan kemampuan berbicara untuk tetap terlibat dalam komunikasi dan berkontribusi pada berbagai bidang kehidupan.