Dua Orang Tewas dan Tujuh Lainnya Terluka saat Konvoi Kemanusiaan Palang Merah Internasional Diserang di Sudan
JAKARTA - Dua orang tewas dan tujuh lainnya mengalami luka-luka saat konvoi kemanusiaan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengalami serangan di ibu kota Sudan, Khartoum pada Hari Minggu.
Dalam sebuah pernyataan ICRC mengatakan, mereka yang terluka termasuk tiga orang staf palang merah.
"Konvoi kemanusiaan, yang terdiri dari tiga kendaraan ICRC dan tiga bus, semuanya ditandai dengan jelas dengan lambang Palang Merah, dijadwalkan untuk mengevakuasi lebih dari seratus warga sipil yang rentan dari Khartoum ke Wad Madani, ketika mereka diserang saat memasuki area evakuasi," menurut pernyataan ICRC, melansir Reuters 11 Desember.
Lebih jauh pihak ICRC mengatakan terkejut dengan serangan yang diarahkan terhadap konvoi kemanusiaan mereka, menggambarkan serangan tersebut sebagai hal yang disengaja.
ICRC sendiri tidak menuding pihak mana pun berada di balik serangan tersebut. Sementara, tentara Sudan mengatakan konvoi tersebut mendapat serangan setelah melanggar perjanjian dengan mendekati posisi pertahanannya, menggunakan mobil "milik pemberontak", mengacu pada paramiliter Rapid Support Forces (RSF)
Konvoi ICRC sedang mengevakuasi warga sipil, termasuk warga negara asing, dari Gereja St. Mary di Khartoum, menurut pihak militer.
Dalam pernyataan terpisah, RSF menuduh tentara menyerang konvoi tersebut. Mereka menyebutkan, insiden itu telah mengakibatkan kematian dan juga cedera.
Baca juga:
- Kecewa DK PBB Kembali Gagal Sahkan Resolusi Gencatan Senjata di Gaza, Menlu Retno: Never Give Up
- Menlu Retno: Israel Mengubah Gaza Menjadi Seperti Neraka, Hukum Humaniter Internasional harus Dihormati dan Ditegakkan
- Tank Israel Masuki Khan Younis Selatan, Menlu Yordania: Apa yang Kita Lihat di Gaza Upaya Sistematis Mengosongkan Penduduk
- Bicara dengan Presiden Putin, PM Netanyahu Kecam Kerja Sama Rusia-Iran
"Operasi kemanusiaan tersebut telah diminta dan dikoordinasikan dengan pihak-pihak yang berkonflik, yang memberikan persetujuan dan memberikan jaminan keamanan yang diperlukan,” sebut ICRC.
Diketahui, militer Sudan dan paramiliter RSF telah terjebak dalam konflik yang menghancurkan Khartoum dan memicu gelombang pembunuhan etnis di Darfur sejak pertengahan April, meskipun ada upaya diplomatik untuk menghentikan pertempuran tersebut