Jangan Biarkan Pengrajin Payung Lukis Klaten 'Sendirian' Bertarung di Industri Kreatif
JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong Pemprov Jateng membantu promosi bagi para pengrajin payung lukis atau yang juga disebut Payung Lukis Juwiring di Klaten.
"Payung lukis Juwiring ini merupakan salah satu payung lukis tradisional yang indah dan cukup terkenal dari Juwiring dan sudah saatnya makin dikenal secara luas," kata Puan, Senin 4 Desember.
Kelompok industri kreatif Payung Lukis Ngudi Rahayu sendiri membuat payung dengan model bermacam-macam. Mulai dari payung panas hujan, payung ritual, payung Kraton, hingga payung untuk keperluan dekorasi. Puan menganggap kerajinan payung lukis sebagai salah satu ikon Kabupaten Klaten.
"Karya-karyanya bagus-bagus dan bisa menjadi salah satu ikon Kabupaten Klaten, bahkan bisa menjadi salah satu ikon industri kreatif Indonesia," terang perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR RI itu.
Untuk semakin mengenalkan keindahan Payung Lukis Juwiring ini, Puan mendorong Pemda setempat untuk membuatkan ajang promosi bagi para pengrajin. Payung lukis dinilai memiliki keunggulan tersendiri, mulai dari variasi model hingga pemilihan bahan baku yang unik.
Baca juga:
- Pantauan Netray: Polemik Keriuhan Warganet soal Isu Rasial dan Kehadiran Ganjar Pranowo di Final MasterChef Indonesiaa
- Sederet Tantangan dalam Penyebaran Nyamuk Wolbachia
- Peringati Hari AIDS Sedunia: Peran Besar Masyarakat Diperlukan untuk Turunkan Jumlah Penderita
- Soal Pengembalian Xyloband Konser Coldplay Hanya 77 Persen, Kekaguman pada Idola Jangan Terabas Rambu Etika
"Pemerintah daerah perlu mendorong promosi payung lukis Juwiring karena ini bagian dari kebanggaan daerah Klaten," sebut Puan.
Mantan Menko PMK ini menambahkan, upaya semakin mengenalkan payung lukis khas Klaten tersebut merupakan bagian dari melestarikan kebudayaan leluhur. Selain itu, kata Puan, juga dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap seni kreatif payung lukis.
"Jika industri kreatif payung lukis makin terkenal, generasi muda bisa makin banyak yang tertarik dan bisa jadi bagian dari popular culture," ucapnya.
Diketahui, Payung Lukis Juwiring merupakan salah satu kerajinan tangan asal Klaten yang cukup terkenal hingga nasional. Kata Juwiring sendiri diambil dari Kecamatan Juwiring yang menjadi lokasi asal payung lukis.
Konon, payung ini awalnya digunakan sebagai perlengkapan upacara kematian dan ritual adat di Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Namun, seiring perkembangan zaman, pengrajin payung tradisional mengubah kegunaan payung untuk hiasan dan perlengkapan dekorasi.
Selain kepada Pemda, Puan berharap Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Inovasi (Kemendikbudristek) serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk memberi perhatian lebih terhadap perkembangan industri payung lukis.
“Diperlukan sinergi bersama antara Pemerintah pusat dan daerah yang didukung oleh DPR dan stakeholder lainnya untuk mengangkat seni budaya Indonesia. Payung lukis ini memiliki potensi besar sebagai industri ekonomi kreatif,” ungkap Puan.
Sementara menurut salah seorang pengerajin Payung Lukis Ngudi Rahayu Juwiring bernama Ngadiyakur, minat anak muda terhadap kerajinan ini memang masih kurang.
"Saya sudah lalui pahit getir dalam merintis usaha kerajinan payung lukis ini. Yang saya sesalkan, kurangnya kemauan anak muda untuk melestarikan kerajinan ini," ungkap Ngadiyakur saat berbincang dengan Puan.
Pria yang kerap disapa Ngadi ini mengaku sudah merintis usaha seni kreatif payung lukis sejak tahun 1999 silam. Ia mengatakan saat ini sudah ada 50 orang lebih yang bergabung dalam kelompok industri Payung Lukis Ngudi Rahayu Juwiring.
"Teman-teman di sini sudah pada sepuh-sepuh (tua). Ada yang usianya 80 sampai 100 tahun. Nggak ada yang di bawah 30 tahun," tuturnya.
Oleh sebab itu, Ngadi berharap kepada Pemda untuk menggencarkan sosialisasi kepada anak muda tentang pentingnya melestarikan warisan budaya payung lukis Juwiring.
"Payung Juwiring merupakan warisan budaya yang patut dilestarikan kita semua. Saya sebagai pemangku usaha meminta anak muda akan mendampingi hingga selesai proses kerajinannya dan siap dipasarkan," harap Ngadi.
Ngadi pun menjelaskan, sejak dulu payung lukis Juwiring merupakan langganan dari keluarga Kraton. Mulai dari Kraton Solo hinggga Kraton Yogyakarta. Namun memasuki awal 2000-an, minat terhadap payung lukis mulai terkikis zaman.
"Baru pada tahun 2010 kembali terangkat lagi, karena kami mulai main medsos. Pesanan mulai datang dari penjuru daerah bahkan sekaran ada yang dari luar negeri," ujarnya.
Untuk melestarikan seni budaya ini, Ngadi berharap agar Kemendikbudristek menetapkan Payung Lukis Juwiring sebagai salah satu warisan budaya tak benda.
"Selain itu, Desa Tanjung yang berada di Kecamatan Juwiring juga ditetapkan sebagai desa budaya dan desa pendidikan untuk kerajinan payung lukis Juwiring," tukas Ngadi.