Prediksi Pergerakan Pasar Kripto Jelang Rilis Data Ekonomi dan Pidato Fed
JAKARTA - Pasar kripto pada Selasa 28 November pukul 08.00 WIB berada di zona merah, dengan Bitcoin (BTC) bertengger di angka 37.049 dolar AS (Rp571,8 juta). Turun sebesar 1,23 persen selama 24 jam terakhir, dan melemah 0,80 persen dalam 7 hari terakhir.
Meski turun, pekan lalu BTC telah menyentuh level tertinggi tahunannya dengan sempat mencapai 38,416 dolar AS (Rp592,9 juta), yang merupakan level tertinggi yang belum pernah terlihat sejak Mei 2022.
Menurut Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, untuk menuju ke 40.000 dolar AS (Rp617,4 juta), Bitcoin harus menembus resistance 38.000 dolar AS (Rp586,5 juta) dan bertahan di atas level tersebut.
“Namun jika breakdown, maka BTC berpotensi untuk turun ke support terdekat di 36.000 dolar AS (Rp555,66 juta) dan support selanjutnya di 35.000 dolar AS (Rp540,2 juta),” jelas Panji dalam keterangan tertulisnya.
Meski demikian, Panji menyebut bahwa harga Bitcoin masih bertahan di level tertingginya tahun ini berkat kepemilikan jangka panjang terhadap Bitcoin terus menguat.
“Hal ini mencerminkan keyakinan dan sentimen positif investor terhadap masa depan Bitcoin. Di sisi lain, optimisme semakin meningkat terkait Bitcoin di pasar Amerika Serikat, terutama terkait potensi Exchange-Traded Fund (ETF) Bitcoin,” tambahnya.
Baca juga:
- Nilai Rata-rata Pendapatan Tak Terlaporkan dari Kripto di Jepang Turun 19% pada 2022
- Changpeng Zhao Dilarang Bepergian ke UEA, Mantan CEO Binance Terancam 10 Tahun Penjara
- Politisi Nigeria Diringkus Polisi Setelah Lakukan Pencucian Uang Lewat Kripto
- Presiden Baru Argentina Pro-Kripto Javier Milei: Penutupan Bank Sentral Tidak Bisa Dinego!
Panji juga menegaskan pentingnya untuk memperhatikan jadwal ekonomi yang padat minggu ini, yang dinilai dapat mempengaruhi sentimen pasar dan kepercayaan investor Aset Kripto.
“Selasa, 28 November fokus pada data kepercayaan konsumen yang memberikan gambaran luas tentang kondisi ekonomi, bersama dengan diskusi tiga gubernur Federal Reserve tentang kebijakan moneter,” paparnya.
Selain itu, pada Kamis 30 November juga terdapat data inflasi PCE yang diperkirakan mengalami sedikit penurunan, yang mungkin menjadi indikator positif bagi pemulihan ekonomi secara berkelanjutan.