Andaipun Uni Eropa Tak Setuju, Spanyol Siap Akui Negara Palestina
JAKARTA - Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyatakan pada Jumat, 23 November, bersedia secara sepihak mengakui Negara Palestina, meskipun hal itu berlawanan dengan pendapat Uni Eropa.
"Saya kira sudah tiba saatnya komunitas internasional mengakui Negara Palestina, terutama Uni Eropa dan negara-negara anggotanya," kata Sanchez dalam konferensi pers di pintu perbatasan Rafah di sisi Mesir.
Sanchez mengatakan idealnya pengakuan itu disampaikan bersamaan oleh paling sedikit sejumlah negara anggota.
"Tapi jika hal ini tidak terjadi, tentu, Spanyol akan mengambil keputusan sendiri," kata perdana menteri yang baru terpilih kembali itu.
Dia menegaskan bahwa mengakui negara Palestina adalah prioritasnya selama masa jabatannya berikutnya.
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo menemani Sanchez dalam kunjungan ke Israel, Palestina, dan Mesir.
Sepanjang perjalanan, keduanya menyerukan perlindungan penduduk sipil di Gaza dan meminta Israel menghormati hukum humaniter internasional.
Pada Jumat, setelah konferensi pers di pintu lintas batas Rafah, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen memerintahkan duta besar Spanyol dan Belgia di Tel Aviv untuk dipanggil memberikan "teguran keras."
"Kami mengutuk klaim palsu dari Perdana Menteri Spanyol dan Belgia yang memberikan dukungan kepada terorisme," tulisnya dalam X, sembari membela diri bahwa Israel sudah bertindak sesuai dengan hukum internasional.
Jika Alexander De Croo lebih menahan diri, Sanchez justru mengatakan Israel tidak menaati hukum internasional dan menuding negara itu melakukan "pembunuhan tanpa pandang bulu" terhadap "ribuan anak" di Gaza.
Sanchez juga dengan tegas mengecam serangan Hamas pada 7 Oktober.
"Kekerasan hanya akan menciptakan kekerasan lebih besar lagi. Kita perlu mengganti kekerasan dengan harapan dan perdamaian. Ini yang saya katakan kepada presiden dan perdana menteri Israel," kata Sanchez.
Baca juga:
Saat ditanya mengenai apakah Belgia akan mengakui Palestina, De Croo mengatakan prioritas pertamanya adalah membebaskan sandera yang ditahan Hamas dan membantu meringankan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Saat ini, dilansir ANTARA, Sabtu, 25 November, sembilan dari 27 negara anggota Uni Eropa mengakui negara Palestina. Pada 2014, Swedia menjadi negara pertama yang melakukan hal tersebut saat menjadi negara anggota Uni Eropa.
Sebelumnya pada Jumat, perdana menteri Belgia dan Spanyol bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Dia menyarankan komunitas internasional perlu mengambil kendali demi perdamaian abadi di Israel dan Palestina.
"Kita memerlukan pengakuan internasional terhadap negara Palestina, dan PBB perlu melakukan intervensi. Mengambil langkah ini akan mencerminkan keseriusan komunitas internasional dalam menciptakan perdamaian di kawasan ini," kata dia.
Dia juga menjelaskan pandangan negara Palestina yang didemiliterisasi dengan perbatasan yang telah ditetapkan pada 1967, yang kemungkinan perlu dijaga oleh pasukan internasional.