Tengkorak Manusia Ditemukan di Reruntuhan Makam Skotlandia Berusia 5.000 Tahun

JAKARTA - Reruntuhan makam berusia 5.000 tahun yang "sangat langka" ditemukan di salah satu Kepulauan Orkney Skotlandia, kata Museum Nasional Skotlandia dalam sebuah pernyataan.

Penggalian di Holm, East Mainland, Orkney, mengungkap struktur batu yang diakses melalui lorong sepanjang 7 meter (23 kaki) dan jejak piramida dari batu kasar, atau tumpukan batu, yang mungkin menutupinya, mewakili "puncak dari rekayasa neolitik di Inggris utara," kata pernyataan itu.

Empat belas kerangka pria, wanita dan anak-anak, serta sisa-sisa manusia lainnya, ditemukan di salah satu dari enam ruang yang lebih kecil yang mengelilingi ruang batu besar.

"Pada masa Neolitik, itu akan menjadi sebuah diameter yang sangat mengesankan, yaitu 15 meter, gundukan yang sangat besar, bangunan batu yang sangat besar, arsitektur yang sangat mengesankan. Sel-sel itu adalah prestasi rekayasa yang nyata,” Hugo Anderson-Whymark, salah satu direktur penggalian dan kurator senior prasejarah (Neolitik) di Museum Nasional Skotlandia kepada CNN, seperti dikutip 10 November.

Dua kerangka telah diposisikan sedemikian rupa sehingga mereka hampir saling berpelukan, dengan dua anak ditempatkan di atas kepala mereka, kata Anderson-Whymark. Namun, para arkeolog belum mengetahui hubungan antara individu-individu tersebut.

"Pelestarian begitu banyak sisa-sisa manusia di salah satu bagian monumen sungguh menakjubkan, terutama karena sebagian besar batunya telah dirampok untuk bahan bangunan,: ungkap arkeolog Vicki Cummings, kepala Sekolah Sejarah, Arkeologi dan Agama di Universitas Cardiff, yang turut memimpin ekskavasi dalam sebuah pernyataan.

"Sangat jarang menemukan makam-makam ini, bahkan di makam-makam yang terpelihara dengan baik, dan sisa-sisa ini akan memberikan wawasan baru ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat ini," tambahnya.

Hanya ada 12 makam serupa lainnya yang diketahui di Orkney, yang disebut sebagai kuburan lorong tipe Maes Howe. Sebagian besar masih terlihat di lanskap, tidak seperti penemuan terbaru yang terkubur di bawah tanah.

Sebagian besar bangunan tersebut dihancurkan pada akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19 untuk dijadikan batu untuk membangun rumah pertanian, menurut pernyataan tersebut. Namun, penggalian yang belum sempurna pada tahun 1896 menemukan delapan kerangka dan mendorong arkeolog setempat James Walls Cursiter membuat hipotesis, itu adalah reruntuhan makam.

Makalah yang disimpan dalam koleksi pribadi catatan Curister berisi lebih banyak petunjuk yang memungkinkan para arkeolog melakukan survei geofisika dengan harapan dapat menunjukkan dengan tepat potensi makam tersebut, dan memberikan dasar untuk penggalian.

"Penemuan ini cukup mengejutkan," kata Anderson-Whymark.

"Ini merupakan hal yang besar, namun saat ini hanya berupa hamparan rumput yang landai. Tidak ada bukti di permukaan yang menunjukkan bahwa makam ini pernah ada di sana, tetapi makam ini pernah menjadi monumen yang luar biasa. Kami beruntung mereka telah meninggalkan cukup banyak hal untuk kami," tandasnya.