Joe Biden Ingatkan Pendudukan Gaza Adalah Kesalahan Besar, Presiden Israel: Kita Tidak Bisa Meninggalkan Ruang Hampa
JAKARTA - Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan perlu adanya kekuatan yang sangat kuat tetap berada di Gaza untuk mencegah kebangkitan Hamas, mengatakan wilayah itu tidak bisa ditinggalkan begitu saja, sementara Presiden Joe Biden mengingatkan pendudukan wilayah kantong tersebut merupakan kesalahan.
Israel membombardir dan memblokade Gaza, usai kelompok militan Hamas menyerang wilayah selatan negara itu pada 7 Oktober lalu.
Sebulan lebih perang berlangsung, Israel mulai melakukan operasi darat di Gaza. Sejumlah negara di kawasan Timur Tengah mengkhawatirkan pendudukan Israel, meski Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya tidak ingin menduduki Gaza, namun mengatakan perlunya tanggung jawab keamanan di Gaza usai perang.
"Jika kita mundur, lalu siapa yang akan mengambil alih? Kita tidak bisa meninggalkan ruang hampa. Kita harus memikirkan bagaimana mekanismenya, ada banyak ide yang dilontarkan," kata Presiden Herzog dalam wawancara dengan FT yang diterbitkan Kamis, melansir Reuters 16 November.
"Tapi, tidak ada yang mau mengubah tempat ini, Gaza, menjadi basis teror lagi," tambahnya.
Presiden Herzog mengatakan, Pemerintah Israel Israel sedang mendiskusikan banyak gagasan tentang bagaimana Gaza akan dikelola setelah perang berakhir, menambahkan dirinya berasumsi jika Amerika Serikat dan "tetangga kita di kawasan" akan memiliki keterlibatan dalam tatanan pasca-konflik.
Kemarin, Presiden Biden mengatakan dirinya telah menjelaskan kepada PM Netanyahu, solusi dua negara adalah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, dan menduduki Gaza akan menjadi "kesalahan besar."
"Saya telah menjelaskan kepada Israel, menurut saya, merupakan kesalahan besar jika mereka menduduki Gaza,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, PM Netanyahu dalam beberapa kesempatan mengatakan, pihaknya berencana untuk mempertahankan kendali keamanan di Jalur Gaza.
Awal pekan ini ia mengatakan, pasukan Israel berhak mengambil tindakan untuk menghentikan segala ancaman terhadap Israel dari daerah kantong tersebut.
"Untuk menjamin tidak akan ada ancaman, kapan pun, jika diperlukan, Israel Defense Forces (IDF) akan terus melakukan kontrol keamanan di Jalur Gaza, menjamin terorisme tidak akan datang dari sana, karena serangan 7 Oktober terbukti, di mana pun tidak ada kendali Israel, akan ada ancaman. Hal ini juga terbukti di Yudea dan Samaria (sebutan Israel untuk Tepi Barat), itulah sebabnya saya tidak akan mengkompromikan kendali keamanan dalam kondisi apa pun," urainya, seperti mengutip TASS.
Baca juga:
- Empat Jam Bicara dengan Pemimpin China Xi Jinping, Presiden Biden: Itulah yang Dunia Harapkan dari Kita
- Rusia Sebut Jeda Kemanusiaan di Gaza Tidak Bisa Menggantikan Gencatan Senjata, Utusan Palestina: Kegilaan Ini Harus Diakhiri
- AS dan Israel Soroti Serangan Hamas, Brett Miller: Resolusi hanya Fokus pada Situasi Kemanusiaan di Gaza
- Korban Tewas di Gaza Tembus 11.500 Jiwa, DK PBB Sepakat Serukan Penghentian Sementara Perang di Gaza
Terpisah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertemuan dengan Menlu AS Antony Blinken mengatakan, Gaza adalah bagian integral dari negara yang diinginkan warga Palestina.
"Kami akan sepenuhnya memikul tanggung jawab kami dalam kerangka solusi politik komprehensif yang mencakup seluruh Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza," jelas Presiden Abbas seperti dikutip WAFA.