Sayap Bersenjata Hamas Siap Bebaskan 70 Sandera Perempuan dan Anak-anak untuk Gencatan Senjata Lima Hari

JAKARTA - Sayap bersenjata kelompok militan Palestina Hamas menyatakan siap melanjutkan pembebasan sandera yang mereka tahan, dengan imbalan gencatan senjata oleh pihak Israel.

Dalam pernyataan Hari Senin, kelompok tersebut mengatakan kepada mediator Qatar, mereka akan membebaskan hingga 70 wanita dan anak-anak yang ditahan di Gaza, sebagai imbalan gencatan senjata selama lima hari.

"Minggu lalu ada upaya dari saudara-saudara Qatar untuk membebaskan wanita dan anak-anak yang ditawan musuh, sebagai imbalan atas pembebasan 200 anak-anak Palestina dan 75 wanita yang ditahan musuh," kata Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas Brigade Al-Qassam, dalam rekaman audio yang diunggah di saluran Telegram, melansir Reuters 14 November.

"Gencatan senjata harus mencakup gencatan senjata sepenuhnya dan memungkinkan bantuan kemanusiaan di mana pun di Jalur Gaza," sambungnya.

Abu Ubaida menambahkan, Israel "menunda-nunda dan menghindari harga" dari kesepakatan tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Militer Israel membagikan video dan foto yang menunjukkan apa yang dikatakannya sebagai senjata, yang disimpan oleh Hamas di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit anak-anak di Gaza pada Hari Senin, di mana mereka juga mengatakan para sandera tampaknya disandera di sana.

Juru bicara militer Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, pasukannya telah menemukan pusat komando dengan gudang senjata termasuk granat, rompi bunuh diri dan bahan peledak lainnya yang disimpan oleh pejuang Hamas di ruang bawah tanah Rumah Sakit Rantissi, rumah sakit anak yang khusus merawat pasien kanker.

"Dan kami juga menemukan tanda-tanda yang menunjukkan Hamas menyandera di sini," katanya dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.

"Hal ini sedang kami selidiki. Namun kami juga memiliki intelijen yang memverifikasinya," lanjut Laksda Hagari.

Diketahui, Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan infrastruktur sipil lainnya untuk menyembunyikan pusat komando dan posisi senjata, serta menggunakan warga sipil dan pasien rumah sakit sebagai tameng manusia.

Menanggapi itu, Hamas dan otoritas rumah sakit di Gaza membantah fasilitas kesehatan telah digunakan dengan cara seperti itu. Belum ada komentar langsung dari Hamas mengenai pernyataan terbaru Israel.