SBY Bicara Soal Penyampaian Kritik Yang Baik, Eko Kuntadhi Singgung Insiden Mahasiswa Bakar Diri
JAKARTA - Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengunggah narasi yang berisi cara menyampaikan kritik dengan baik terhadap pemerintah. Hal ini diduga berkaitan dengan polemik pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal masyarakat diminta untuk menyampaikan kritik kepada pemerintah.
Namun, pandangan berbeda justru disampaikan pegiat media sosial Eko Kuntadhi. Melalui akun Twitternya @eko_kuntadhi, dia menyebut apa yang disampaikan SBY tidak sesuai dengan apa yang terjadi di masa kepemimpinannya.
"Kalau Sondang Hutagalung, mahasiswa yang demo sampai membakar dirinya sendiri saking frustasinya. Itu obat apa gula? Sondang demo memprotes Presiden. Dan waktu itu presidennya Anda pak...," tulis Eko dikutip VOI, Sabtu, 13 Februari.
Sondang Hutagalung merupakan mahasiswa Universitas Bung Karno. Dia tewas akibat bunuh diri di depan Istana Negara pada 2012 atau di masa kepemimpinan SBY. Motif di balik aksi bakar diri itu diduga kuat akibat kekecewaan mendalam terhadap ketidakadilan dan kemiskinan yang menghimpit masyarakat dan bangsa Indonesia.
Baca juga:
- Serahkan Bantuan Pengungsi Subang, Ma'ruf Amin Minta Kerja Cerdas Agar Banjir Tak Berulang
- Siapa Mau! Mensos Risma Lelang Mobil Roll-Royce, Duitnya untuk Korban Bencana
- Muncul Isu KLB Copot AHY, Deklarator Demokrat Akui Banyak yang Tak Nyaman dan Puas
- Wagub DKI Bilang Tak Ada Banjir Signifikan di Musim Penghujan
Motif itu disamapaikan oleh kakak kandung Sondang yang bernama Herman di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), di Jakarta, 19 Januari 2012.
Berdasarkan temuan tulisan Sondang yang berada di buku kekasihnya, Putri, tertulis berisi permintaan maaf kepada keluarga. "Pada bagian belakang, terdapat tulisan lain. Ada kata-kata terkutuklah...,"
Buku tulis milik Putri sebelumnya dibawa oleh Sondang. Kemudian, Sondang sempat menitipkan buku itu kepada tantenya Putri.
Isi tulisan Sondang pada bagian akhir buku Putri adalah "terkutuklah buat ketidakadilan, terkutuklah buat ketidakpedulian, terkutuklah buat kemiskinan, terkutuklah buat rasa sakit dan sedih, terkutuklah buat para penguasa jahat, terkutuklah buat para penjahat, setelah aku tidak punya rasa lagi."