Chainlink Ungguli Bitcoin dalam Pertumbuhan Tahunan
JAKARTA - Chainlink (LINK), aset kripto nomor 12 berdasarkan kapitalisasi pasarnya, telah mengungguli Bitcoin dalam pertumbuhan year-to-date (YTD) dan pasar secara keseluruhan.
Meski pertumbuhan LINK mencapai 128%, sementara BTC hanya mencapai 110%, keuntungan ini belum sepenuhnya mencerminkan profitabilitas dompet.
Analis pasar terkemuka, hitesh.eth, telah membandingkan performa Chainlink dan Bitcoin dalam pertumbuhan YTD. Hasilnya menunjukkan LINK sebagai pemenang dalam hal pertumbuhan harga, meskipun masih tertinggal dalam hal profitabilitas dompet.
Ketika dianalisis lebih lanjut, persentase pemegang Bitcoin yang mendapat untung mencapai 79%, sementara Chainlink hanya mencapai 54,96%. Profitabilitas dalam hal ini merujuk pada dompet yang nilai portofolionya melebihi harga pembelian token. Chainlink memiliki sekitar 366.490 alamat yang dinyatakan “In the Money,” dengan harga rata-rata pembelian berkisar antara $12,41 (Rp194.500) hingga $13,60 (Rp212.800).
Baca juga:
Meski Chainlink mencatat kenaikan yang mengesankan, terutama didorong oleh adopsi yang kuat, dengan lebih dari 27.152 dompet memegang setidaknya 1.000 LINK, hitesh.eth mencatat bahwa ada blok pasokan besar di kisaran harga $16 (Rp250.900) hingga $27 (Rp423.800), yang bisa menjadi hambatan bagi kenaikan token tersebut.
Pada hari ini, volume perdagangan LINK naik 20,21% menjadi $839,86 juta (Rp 13,16 triliun), dengan harga naik 2,73% menjadi $12,89 (Rp 201.800). Dengan momentum pembelian yang berkelanjutan, ada optimisme bahwa rasio keuntungan LINK bisa melampaui 80% jika LINK bisa menembus zona resisten di level $27. Meski masih tertinggal dalam profitabilitas, Chainlink terus menunjukkan potensi pertumbuhan yang kuat di pasar kripto.