Korban Sipil di Gaza Terus Bertambah, Afrika Selatan Tarik Diplomatnya dari Israel
JAKARTA - Afrika Selatan memutuskan untuk menarik diplomatnya dari Israel, guna melakukan penilaian kembali terhadap hubungan kedua negara, saat korban tewas akibat perang di Jalur Gaza terus bertambah, kata diplomat utama negara itu.
Afrika Selatan telah lama menjadi pendukung perdamaian di Timur Tengah dan mendukung Palestina, menyamakan penderitaan negara itu dengan penderitaan yang mereka alami di bawah rezim apartheid yang berakhir pada tahun 1994.
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor menyebut, pemulangan diplomat sebagai sebuah "praktik normal", mengatakan penarikan tersebut dilakukan untuk menentukan “apakah ada potensi bagi Anda untuk dapat membantu dan apakah hubungan yang berkelanjutan ini benar-benar dapat dipertahankan dalam segala hal," jelasnya seperti dikutip dari Reuters 7 November.
Mengutip CNN, Pemerintah Afrika Selatan mengatakan ada tiga diplomat yang akan ditarik dari Israel.
Negara ini "sangat prihatin dengan berlanjutnya pembunuhan terhadap anak-anak dan warga sipil tak berdosa" di wilayah Palestina, kata Menlu Pandor.
"Kami yakin respons yang dilakukan Israel adalah hukuman kolektif," katanya, seraya menambahkan negara tersebut akan terus menyerukan gencatan senjata komprehensif di Palestina.
Selama KTT Perdamaian Kairo bulan lalu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa meminta negara-negara untuk tidak memasok senjata ke kedua pihak yang berkonflik. Sementara, Kementerian Luar Negeri Afsel mendesak PBB untuk mengerahkan pasukan guna melindungi warga sipil di Gaza.
Afrika Selatan juga mengutuk keras operasi militer Israel di Gaza. Dalam pernyataan media pada 4 November, Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan mengatakan, "merupakan kejahatan perang bagi Israel untuk secara langsung menargetkan warga sipil Palestina di rumah sakit, ambulans, sekolah, gedung apartemen, dan di dalam mobil pribadi mereka."
Baca juga:
- Korban Tewas di Gaza Tembus 10.000 Jiwa, Kepala Badan PBB: Sudah 30 Hari, Cukup, Ini Harus Dihentikan
- Perbatasan Rafah Kembali Dibuka saat Jumlah Korban Tewas di Gaza Terus Bertambah
- Wamenlu RI: Bulan Sabit Merah hingga Pemerintah Mesir Apresiasi Bantuan Kemanusiaan Indonesia untuk Gaza
- Warga Israel Salahkan Dirinya Atas Serangan Hamas, PM Netanyahu Bilang Tidak akan Ada Gencatan Senjata
Diketahui, sekitar 1.400 orang tewas dan 240 lainnya ditahan sebagai sandera, usai serangan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu.
Itu membuat Israel melakukan bombardir dan blokade total terhadap Jalur Gaza. Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf Al Qudra mengatakan, 10.022 warga Palestina di daerah kantong tersebut tewas akibat serangan Israel, termasuk 4.104 anak-anak, 2.641 wanita dan 611 orang lanjut usia.
Angka-angka tersebut menunjukkan sekitar tiga perempat dari korban tewas berasal dari populasi rentan. Pihak kementerian juga melaporkan 25.408 orang lainnya terluka.