Nvidia Luncurkan Penelitian Baru Penggunaan Chatbot dalam Desain Semikonduktor
JAKARTA - Perusahaan chip asal AS, Nvidia, pada Senin 30 Oktober menerbitkan penelitian baru mengenai penggunaan chatbot yang dapat menghasilkan respons mirip manusia dalam proses perancangan semikonduktor.
Chip modern adalah rangkaian sirkuit yang terdiri dari puluhan miliar transistor, dan menemukan cara untuk menyusunnya di atas sepotong silikon, merupakan salah satu tugas terberat di industri teknologi, yang memakan waktu ribuan insinyur hingga dua tahun untuk menyelesaikannya.
Chip Nvidia termasuk yang paling kompleks di industri ini dan telah menjadi pusat tenaga bagi teknologi seperti ChatGPT.
Pada Senin, Nvidia mempresentasikan penelitian di mana mereka mengambil apa yang disebut sebagai model bahasa besar, teknologi di balik chatbot, dan meningkatkannya dengan 30 tahun data dari arsip mereka tentang merancang chip. Salah satu aplikasi pertama adalah menggunakan sejarah perusahaan dalam menjawab pertanyaan.
"Ternyata banyak perancang senior kami menghabiskan cukup banyak waktu untuk menjawab pertanyaan dari perancang junior," kata kepala ilmuwan Nvidia, Bill Dally, dikutip VOI dari Reuters. "Jadi protokolnya adalah perancang junior bertanya pada chatbot. Ini dapat menghemat waktu perancang senior dalam jumlah yang sangat besar."
Temuan kunci dalam penelitian tersebut adalah bahwa chatbot yang relatif sederhana dapat menjadi lebih akurat daripada chatbot canggih dengan secara khusus menambahkan banyak data spesifik dari pengalaman perusahaan, yang menurut Nvidia dapat membantu mengontrol biaya sistem.
Baca juga:
- Iklan Pro-Israel Muncul dalam Game di Seluruh Eropa, Termasuk Gim Anak-Anak
- Meta Platforms Mengumumkan Rencana Langganan Tanpa Iklan untuk Pengguna di Eropa
- Joe Biden Akan Keluarkan Perintah Eksekutif untuk Atur AI Demi Keamanan dan Perlindungan Konsumen
- CEO Google Kritik Microsoft dalam Pertempuran Antitrust dengan Pemerintah AS
Fitur lain yang ditunjukkan perusahaan adalah penggunaan kecerdasan buatan untuk menghasilkan kode. Dally mengatakan bahwa sebagian besar waktu para insinyur diperuntukkan untuk menemukan bagian chip yang tidak berfungsi dan menggunakan alat pengujian untuk mencari tahu mengapa.
Untuk melakukan pengujian tersebut, sistem kecerdasan buatan dapat dengan cepat menulis potongan kode yang disebut skrip yang mengoperasikan alat tersebut.
"Tujuan kami di sini bukan untuk mengotomatisasi proses atau menggantikan orang, tetapi untuk mengambil orang-orang yang kami miliki dan memberi mereka kekuatan super untuk membuat mereka lebih produktif," kata Dally.