Sejarah Piala Dunia FIFA U-16 1989: Juara, Arab Saudi Dicurigai Curi Umur
JAKARTA - Kejutan Arab Saudi. Tidak menjadi tim unggulan, Arab Saudi sukses mencuri perhatian dengan menjadi juara di Piala Dunia FIFA U-16 1989. Laga final melawan tuan rumah Skotlandia dengan penonton yang memecahkan rekor, 58 ribu. Namun sang juara dicurigai memalsukan umur. Tuduhan yang hanya menjadi isu belaka.
Piala Dunia U-16 edisi ketiga yang menghadirkan banyak kejutan besar. Salah satunya keberhasilan Bahrain menyingkirkan Brasil lewat adu penalti di babak perempat final.
Puncaknya Arab Saudi yang di luar dugaan menjadi jawara. Mereka tak terkalahkan sepanjang turnamen dan hanya dua kali bermain imbang melawan Portugal dan Guinea di babak penyisihan.
Arab Saudi kemudian membabat Nigeria dan Bahrain di babak knockout sampai akhirnya mencapai final. Tim yang sama sekali tak diunggulkan sampai di laga puncak bertemu tuan rumah Skotlandia.
Laga final yang disebut 'finalis kejutan' karena kedua tim sama-sama tak diunggulkan. Hanya di laga final ini, Skotlandia yang kemudian menjadi favorit. Bagaimana tidak Skotlandia mendapat dukungan penuh dari penonton yang membanjiri Stadion Hampden Park.
Bila sebelumnya pertandingan Skotlandia hanya disaksikan 6.500 orang di penyisihan grup, kini penonton yang datang mencapai 58.000 orang. Ini yang menjadikan Paul Dickov dkk tampil dengan penuh percaya diri.
Bahkan tanda-tanda Skotlandia yang akan merengkuh trofi sudah terlihat jelas. Pemain depan Ian Downie langsung membawa Skotlandia unggul saat laga baru berjalan tujuh menit. Tak lama berselang atau di menit 25, Dickov menjadikan tuan rumah unggul 2-0.
Namun Arab Saudi menolak menyerah di pertandingan yang berlangsung selama 80 menit itu. Adalah Sulaiman Al Reshoudi memperkecil ketinggalan di menit 49. Selanjutnya, di menit 65, gol Waleed Al Terair yang menyamakan skor sekaligus membungkam sorak-sorai penonton.
Dalam situasi penuh ketegangan, Skotlandia mendapat kesempatan kembali unggul setelah mendapat hadiah penalti menyusul dijatuhkannya Gary Bollan di kotak terlarang. Ini bisa menjadi penentu kemenangan.
Sayangnya, Brian O'Neil yang menjadi eksekutor gagal menuntaskan tugas. Tendangannya secara gemilang digagalkan kiper Mohammed Al-Deayea. Pertandingan itu diselesaikan lewat adu penalti.
Arab Saudi menunjukkan ketenangan dan kematangan mental saat tos-tosan. Setelah skor 4-4 karena masing-masing tim ada satu eksekutor yang gagal, Arab Saudi tampil sebagai juara karena O'Neil kembali gagal mengeksekusi penalti.
Skor akhir 5-4 untuk Arab Saudi yang menjadikan mereka sebagai tim Asia pertama yang menjadi juara di Piala Dunia U-17.
Meski Arab Saudi menjadi tim dengan kejutan besar, namun mereka sesungguhnya sudah dipersiapkan matang menghadapi turnamen itu.
Pelatih asal Brasil Ivo Ardais Wortmann bekerja keras membangun tim Arab Saudi yang memiliki organisasi permainan sangat rapi dengan disiplin yang ekselen. Lebih dari itu, game plan mereka juga sangat bagus dan sangat menentukan di pertandingan. Ini menjadi faktor Arab Saudi meraih sukses.
Hanya, keberhasilan Arab Saudi sempat menjadi sorotan. Pasalnya sebagian di antara mereka dicurigai mencuri umur dan memalsukan paspor. Mereka dinilai terlihat lebih tua dengan usia rata-rata di bawah 16 tahun.
"Ada rumor bila sebagian pemain sudah pernah ikut kejuaraan sebelum Piala Dunia U-17. Tampang mereka juga sudah terlihat seperti berusia 20 an," kata manajer Skotlandia saat itu, Craig Brown.
Baca juga:
Sementara, Federasi Sepak Bola Skotlandia (SFA) menuding pihaknya merasa dibohongi karena menghadapi tim dengan pemain yang berusia lebih tua. SFA menyebut kiper Arab Saudi sama tuanya dengan Peter Shilton, kiper timnas Inggris saat itu.
Bahkan ada yang menyebut ada pemain di tim Arab Saudi yang sudah menikah dan memiliki tiga anak. Dia juga seorang pengawal kerajaan dengan pangkat mayor.
Namun ada pemain Skotlandia yang memberi pembelaan terhadap tim rival. O'Neil yang gagal dua kali menendang penalti menuturkan tidak menutup kemungkinan ada kelompok masyarakat yang memang terlihat lebih tua dibandingkan usianya.
"Ada kultur dengan masyarakat yang secara fisik lebih tua dibandingkan usianya," kata O'Neil yang kemudian bermain di berbagai klub di Skotlandia, Inggris dan Jerman. Dirinya menutup karier di Preston North End, klub Divisi Championship Inggris.
Rumor itu pada akhirnya sebatas isu. Tidak ada penyelidikan resmi terkait dugaan pencurian umur yang dilakukan tim Arab Saudi. Gelar juara pun tetap menjadi milik Arab Saudi.