Belajar dari Ebola, Afrika Kini Lebih Siap Hadapi COVID-19

JAKARTA - Sejak dideteksi di Wuhan pada akhir Desember 2019, COVID-19 telah merenggut lebih dari 2.700 jiwa di China. Virus ini juga sudah menyebar ke sejumlah negara lainnya termasuk ke benua Eropa dan Afrika.

Peristiwa semacam ini mengingatkan kita juga, akan bahaya virus Ebola yang juga menakutkan bagi banyak negara. Afrika pun jadi satu dari banyak negara yang mengalami dampak paling parah dari virus ebola. 

Berbekal pengalamannya itu, Afrika kini telah lebih siap untuk mengantisipasi virus corona yang mewabah di banyak negara. Salah satu contohnya seperti di negara-negara Afrika Barat termasuk Senegal, Liberia, Sierra Leone, Pantai Gading, dan Nigeria.

Negara-negara tersebut saat ini lebih siap menghadapi COVID-19 daripada negara-negara kaya dengan sistem kesehatan yang lebih canggih. Hal tersebut disampaikan oleh Gyude Moore, mantan menteri untuk pekerjaan umum di Liberia. 

Buntut dari Ebola, negara-negara tersebut kini lebih baham bagaimana menanggulangi virus yang mudah tertular. Mereka belajar alat-alat apa saja yang mereka gunakan dulu saat Ebola agar bisa diaplikasikan kembali saat menanggulangi COVID-19. 

Sebagaimana wabah Ebola, terbukti bahwa sistem kesehatan dan pekerja akan selalu bergantung pada upaya penduduk setempat untuk mengadopsi perubahan perilaku yang sederhana namun penting, seperti mencuci tangan secara konsisten. 

Tak hanya belajar apa yang mereka lakukan, Afrika juga telah mempersiapkan sejumlah langkah preventif untuk mengantisipasi agar wabah tersebut tidak sampai ke negaranya. 

Salah satunya adalah tindakan karantina. Ketika Ebola awal mewabah, pemerintah masih belum paham cara menanggulangi dan tidak melakukan pengkarantinaan. Kini mereka paham bahwa penderita virus sangat menular harus dikarantina untuk mempersempit wabah. 

"Kami mencoba untuk mengkarantina seluruh komunitas seperti yang kami lihat sedang dilakukan China tetapi itu terbukti tidak efektif karena Anda harus saling terlibat (masyarakat dan pihak otoritas)," kata Gyude Moore, seperti dirangkum dari Quartz Africa

Dilansir dari laporan BBC, Afrika telah membangun dua laboratorium medis di Senegal dan Afrika Selatan sebagai rujukan untuk pengecekan virus corona. Institut Pasteur de Dakar, di Senegal telah lama berada di garis depan dalam inovasi medis di Afrika, termasuk dalam penelitian demam kuning.

Negara-negara lainnya seperti Ghana, Madagaskar, Nigeria, dan Sierra Leone juga menyusul dan mengumumkan bahwa laboratorium mereka dapat melakukan tes COVID-19.

Meskipun sering dikatakan sebagai negara miskin dan 'lemah', nyatanya Afrika justru telah bertransformasi menjadi negara yang paling kuat menghadapi wabah penyakit seperti corona. Hal ini patut dicontoh bagaimana negara ini berhasil beradaptasi dari cara-cara Afrika untuk menanggulangi wabah.