PBB Identifikasi Komandan dan Unit Militer Israel yang Diyakini Bertanggung Jawab Atas Tewasnya Wartawan Al Jazeera
JAKARTA - Sebuah komisi PBB mengatakan pihaknya telah mengidentifikasi komandan dan unit militer Israel yang diyakini bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh di Tepi Barat tahun lalu.
Jurnalis senior Al Jazeera yang sangat dihormati, Shireen Abu Akleh, tewas ditembak saat meliput serangan pagi hari oleh pasukan Israel yang menargetkan militan di Kota Jenin pada Mei 2022.
Navi Pillay, ketua Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB mengenai Wilayah Pendudukan Palestina, termasuk Yerusalem Timur dan Israel mengatakan pada Hari Selasa, penyelidikan telah menyimpulkan bahwa pasukan keamanan Israel "menggunakan kekuatan mematikan tanpa pembenaran berdasarkan hukum hak asasi manusia internasional, dan dengan sengaja atau secara sembrono melanggar hak hidup Shireen Abu Akleh."
Berdasarkan analisis forensik dan kesaksian para ahli, komisi tersebut yakin tembakan fatal tersebut kemungkinan besar dilakukan oleh seorang prajurit dari unit Duvdevan Pasukan Pertahanan Israel, katanya.
"Kami tidak menyebutkan nama komandannya, tapi kami punya informasinya," ujarnya, melansir Reuters 26 Oktober.
Pada Bulan Mei, IDF meminta maaf atas kematian Abu Akleh, setelah mengakui tahun lalu ada "kemungkinan besar" dia ditembak oleh tentara Israel.
Lebih jauh Pillay mengatakan, penyelidikan komisi tersebut mengamati peningkatan operasi pasukan Israel yang menargetkan kelompok bersenjata Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dengan beberapa operasi "tampaknya melibatkan penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan tidak proporsional."
Baca juga:
- Sebut Amerika Terlibat dalam Kejahatan Israel, Pemimpin Iran Khamenei: Darah Anak-anak Gaza Ada di Tangan AS
- Desak Tiga Hal Ini di DK PBB, Menlu Retno: Jangan Sampai Tragedi 1948 Kembali Terjadi
- Ingatkan untuk Tidak Memihak, Menlu Retno Cecar Dewan Keamanan PBB: Kapan DK akan Menghentikan Perang di Gaza?
- Kepala Staf Militer Israel: IDF Memerangi Hamas, Bukan Penduduk Gaza
Dia juga mengatakan, Israel memperlakukan serangan besar-besaran sebagai operasi militer dibandingkan operasi penegakan hukum, "yang mengakibatkan penerapan aturan keterlibatan yang jauh lebih diperbolehkan dan melanggar hukum internasional."