Huawei Desak Presiden Biden Agar Hapus Nama Perusahaannya dari Daftar Hitam
JAKARTA - Perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dan China semakin memanas. Tahun lalu, Huawei dimasukkan ke dalam daftar hitam AS. Imbasnya, perusahaan teknologi asal China itu tidak bisa memperluas jangkauan pasarnya. Gerak-geriknya dalam lingkungan bisnis global jadi sangat terbatas.
Masuknya Huawei ke dalam daftar hitam berarti ia tidak boleh bekerja sama dengan perusahaan asal AS, salah satunya adalah Google. Perusahaan teknologi negeri Paman Sam itu tidak bisa lagi menjalin kerja sama dengan Huawei.
Karenanya, produk-produk ponsel Huawei terbaru tidak menjalankan sistem operasi Android seperti merek ponsel lain. Sejumlah aplikasi penting lain, seperti Google Maps dan PlayStore juga tidak bisa hadir lagi dalam ponsel Huawei.
Sebagai siasatnya, Huawei membuat sistem operasi baru bernama HarmonyOS, atau biasa dikenal dengan Hongmeng OS di negeri asalnya. Setelah pergantian Presiden AS dari Trump ke Biden membuka peluang baru bagi Huawei untuk berdiplomasi terkait kebijakan pemerintahan sebelumnya yang mencekik Huawei.
Bos Huawei, Ren Zhengfei mendesak AS di bawah kepemimpinan Biden agar bisa lebih terbuka kepada perusahaan-perusahaan asal China demi perkembangan ekonomi Amerika Serikat.
“Kami berharap pemerintah AS dapat memiliki kebijakan yang lebih terbuka untuk kepentingan perusahaan Amerika dan perkembangan ekonomi AS,” kata Zhengfei dalam acara peresmian laboratorium teknologi industri pertambangan yang berlangsung di Taiyuan, China.
Baca juga:
Zhengfei juga menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin terlibat dalam permasalahan geopolitik antara China dan AS. Pada masa pemerintahan Trump, perusahaan asal China ini dituduh mengancam keamanan nasional sehingga pasokan chipnya dibatasi AS.
Hal ini bertentangan dengan calon otoritas Perdagangan Amerika Serikat, Gina Raimondo. Menurutnya, masuknya perusahaan teknologi asal China ke dalam black list AS tidak dilandasi oleh alasan yang kuat.
Pendiri Huawei itu juga meminta pemeritah AS untuk membuka kembali akses lingkungan bisnisnya agar Huawei bisa membeli pasokan komponen dari perusahaan AS dengan jumlah yang lebih besar sebagaimana yang dilansir dari CNBC International.