Prihatin Kudeta, Konglomerat Singapura Batalkan Kerja Sama dengan Perusahaan Militer Myanmar

JAKARTA - Konglomerat terkemuka Singapura Lim Kaling, memutuskan untuk menarik diri dari usaha patungan yang memiliki hubungan dengan konglomerat milik militer Myanmar.

Lim mendasarkan putusannya pada aksi kudeta militer yang diikuti dengan penahanan ratusan tokoh di Myanmar, termasuk Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar U Win Myint. 

“Saya prihatin. Akibatnya, saya memutuskan untuk keluar dari investasi saya di Myanmar, melepaskan sepertiga saham saya di perusahaan patungan yang memiliki RMH Singapore Pte Ltd,” katanya, melansir The Irrawaddy.

Konglomerat milik militer Myanma Economic Holdings Public Co. Ltd. (MEHL) dan RMHS bersama-sama mengoperasikan Virginia Tobacco Co. Ltd. (VTCL). RMHS memiliki 49 persen saham di VTCL, sementara MEHL memiliki sisanya.

Kerja sama usaha patungan ini berlangsung sejak tahun 1993. VTCL memiliki monopoli pasar rokok di Myanmar, memproduksi merek rokok paling populer di negara itu, Red Ruby dan Premium Gold.

“Itu adalah satu-satunya investasi saya yang tersisa di negara ini, yang dimulai hampir tiga dekade lalu dalam keadaan yang sangat berbeda,” kata Lim.

“Saya selalu menjadi pemegang saham minoritas pasif tanpa keterlibatan langsung dalam operasi Virginia Tobacco,” imbuhnya.

Dia menuturkan, usaha patungan tersebut dimulai dengan seorang teman pada tahun 1993 setelah melihat peluang ekonomi di Myanmar, karena negara itu sedang membuka diri terhadap dunia lain.

“Melalui usaha ini, kami berharap dapat membantu negara memacu pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan standar hidup,” kenang Lim juga merupakan salah satu pendiri grup game Razer yang terdaftar di Hong Kong ini. 

Pekan lalu, raksasa minuman Jepang Kirin memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan MEHL dalam bisnis bir sebagai akibat dari kudeta tersebut. Kirin diketahui berinvestasi bersama dengan MEHL di Myanmar Brewery dan Mandalay Brewery.