Lepaskan Tembakan ke Udara, Polisi Myanmar Tangkap 27 Pengunjuk Rasa Anti Junta Militer
Rakyat Myanmar berunjuk rasa menentang kudeta militer dengan mengendarai motor di kawasan Mandalay Myanmar. (Wikimedia Commons/Kantabon)

Bagikan:

JAKARTA - Tindakan tegas mulai diperlihatkan Polisi Myanmar dalam menghadapi pengunjuk rasa. Di ibu kota Myanmar Naypyitaw, polisi melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan demonstrasi menentang kudeta militer, Selasa 9 Februari.

Seorang saksi mata mengatakan kepada bahwa demonstran melarikan diri saat senjata ditembakkan ke udara, tetapi tidak ke arah kerumunan. Saksi tersebut mengatakan, polisi pada awalnya menggunakan meriam air dan mencoba untuk membubarkan pengunjuk rasa

Di Bago, sebelah timur laut Yangon, Polisi juga menembakan meriam air untuk menghadapi kerumunan pengunjuk rasa. Sementara di kota terbesar kedua di Myanmar, Mandalay, polisi menahan sedikitnya 27 demonstran, termasuk seorang jurnalis, sebut seorang saksi mata seperti melansir Reuters.

Kerusuhan tersebut telah menghidupkan kembali ingatan hampir setengah abad pemerintahan junta militer yang diktaktor dan berlangsung hingga 2015.

“Kudeta selalu muncul di pikiran kami, setiap kali kami makan, bekerja, bahkan saat istirahat,” kata penduduk Yangon, Khin Min Soe. 

"Kami sangat kecewa dan sedih setiap kali kami memikirkan mengapa hal ini menimpa kami lagi," imbuhnya.

Para pengunjuk rasa dari berbagai kalangan ini menepati janjinya untuk kembali ke jalan, guna menentang kudeta militer yang dilakukan pada 1 Februari lalu yang dipimpin Jenderal Senior Min Aung Hlaing

Mereka juga menuntut pembebasan sejumlah tokoh yang ditahan dalam kudeta kali ini, termasuk Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar U Win Myint. Pelapor Khusus PBB menyebut lebih dari 160 orang ditahan junta Militer sejak kudeta.

Pengunjuk rasa juga kembali meneriakan perjuangan untuk mengubah ketentuan dalam konstitusi, yang memberikan hak veto kepada militer di Parlemen Myanmar. Serta penghapusan federalisme yang membuat Myanmar terpecah-pecah secara etnis.

"Kami akan terus berjuang," bunyi pernyataan dari aktivis pemuda Maung Saungkha, yang menyerukan pembebasan tahanan politik dan kehancuran total kediktatoran.