Google Desak Parlemen AS untuk Mengkaji Ulang Undang-Undang Keamanan Daring Bagi Anak

JAKARTA - Google ikut memberikan tanggapan mengenai Undang-Undang Keamanan Daring Anak yang dibuat untuk melindungi anak-anak dari konten berbahaya di media sosial. Namun, undang-undang ini menjadi cukup kontroversial di Amerika.

Jika Undang-Undang Keamanan Daring Anak disahkan, negara akan mewajibkan seluruh platform media sosial untuk memverifikasi usia pengguna dengan mengunggah tanda pengenal seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP). Aturan inilah yang tengah Google perangi.

Google dengan jelas menolak aturan ini. Meski tujuan awalnya untuk melindungi, negara justru melarang remaja dalam mengakses informasi bermanfaat dengan dibuatnya kebijakan tersebut.

Maka dari itu, Google merilis Kerangka Legislatif untuk Melindungi Anak-Anak dan Remaja Online melalui situs resminya. Perusahaan ini mendesak anggota parlemen untuk membatalkan kebijakan verifikasi dengan mengajukan tanda pengenal.

“Mereka (para pembuat kebijakan) harus mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari undang-undang ini dan menghindari efek samping seperti pemblokiran akses terhadap layanan penting, mengharuskan orang (termasuk orang dewasa) untuk menyerahkan identitas yang tidak perlu,” kata Presiden Urusan Global Google dan Alphabet, Kent Walker.

Google bersedia untuk terlibat dalam kebijakan menjaga anak-anak dari platform online, tetapi jika menyangkut informasi pribadi yang sensitif milik penggunanya, Google sangat menentangnya. Bagi Google, masalah privasi juga perlu dipertimbangkan.

Google pun meminta parlemen untuk mempertimbangkan kembali pandangan dari masyarakat tentang cara terbaik dalam melindungi anak-anak. Menurut mereka, Undang-Undang Keamanan Daring Anak memerlukan kolaborasi dan dukungan dari beragam organisasi sehingga menghasilkan keputusan yang tepat.

Sementara itu, melalui dokumen Kerangka Legislatif untuk Melindungi Anak-Anak dan Remaja Online, Google menyampaikan sejumlah pandangan mengenai kebijakan yang tepat dalam menjaga anak-anak dari konten berbahaya.

Google merasa bahwa platform media sosial harus mengutamakan anak-anak dalam membuat layanan dan produk. Selain itu, platform harus memberikan kontrol dan fitur yang tepat dan sesuai dengan usianya.

Meski konten harus terus dikontrol, platform harus bisa mempertahankan manfaat mereka sehingga anak-anak tetap bisa mengakses informasi yang bermanfaat. Google juga menekankan bahwa pengawasan dan akuntabilitas sangat penting untuk terus dilakukan.