Wamen BUMN Ingin Aset Perusahaan Pelat Merah Dioptimalkan Jadi Ruang Terbuka Publik
JAKARTA - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo ingin aset-aset perusahaan pelat merah yang memiliki nilai sejarah dapat dioptimalkan menjadi ruang terbuka publik. Tanpa menghilangkan bentuk asli bangunannya.
Contohnya, revitalisasi gedung Sarinah. Dimana pembangunannya tetap mempertahankan nilai sejarah. Kini, Sarinah menjadi titik pusat keramaian baru di Jakarta. Termasuk juga revitalisasi aset Pos Indonesia menjadi Posbloc.
“Harapannya nanti seluruh aset-aset BUMN yang memiliki aspek heritage kita pertahankan fasadnya. Jadi ini saya rasa bisa menjadi satu pusat keramaian baru, tetapi juga pusat jantung daripada hijau kota,” katanya dalam acara groundbreaking Taman Kota Peruri, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 13 Oktober.
Tiko sapaan akrab Kartika pun berharap revitalisasi yang dilakukan pada aset Peruri, dalam hal ini pembangunan Taman Kota Peruri juga bisa menjadi pusat keramaian baru di Jakarta Selatan. Namun, juga menjadi ruang terbuka hijau bagi publik.
Tak hanya menjadi ruang hijau yang terbuka bagi publik, Tiko mengatakan Taman Kota Peruri juga akan menjadi pusat teknologi pemerintahan atau government technology (govtech).
“Jadi ini merupakan transformasi besar di Peruri. kita cita-citanya nanti di sini akan menjadi pusat daripada govtech tadi jadi official govtech tadi termasuk data center govtech akan kita bawa di area ini,” ujarnya.
“Harapan kita ini bukan hanya jadi pusat hijau yang menjadi tempat berkumpul komunitas-komunitas yang gaul, tetapi juga jadi pusat perkembangan teknologi untuk govtech. Tentunya bisa menarik untuk future komunitas untuk milenial yang tertarik untuk membantun govtech bersama pemerintah,” sambungnya.
Seperti diketahui, Peruri akan memanfaatkan aset perusahaan menjadi ruang publik. Langkah ini untuk menghidupkan kembali ‘spirit’ Kebayoran Baru sebagai Garden City. Adapun masterplan baru akan bertitik tolak dari pembangunan Urban Park atau Taman Kota Peruri.
Pembangunan juga mendapat dukungan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan juga Pemprov DKI Jakarta.
Direktur Utama Peruri Dwina Septiani Wijaya mengatakan Kota Peruri akan menjadi wajah baru dengan mengusung konsep pembangunan yang tidak masif melalui low density dan low rise development, serta tetap membawa pelestarian nilai-nilai cagar budaya di antara konsep bangunan modern.
“Kami akan memulai pembangunan Kota Peruri, tidak dari peletakan batu pertama seperti yang biasa dilakukan dalam pembangunan gedung pencakar langit, namun dari penanaman pohon di Kota Peruri yang akan menjadikan ex kawasan industri ini memberikan 1,08 hektar area penghijauan serta wadah yang lebih luas bagi kegiatan kreatif warga kota Jakarta,” tuturnya.
Dwina mengatakan Kota Peruri memiliki lokasi yang sangat strategis dikelilingi dengan beberapa fasilitas public transportation, di antaranya Terminal Bus Blok M, Halte Bus Transjakarta dan Stasiun MRT, sehingga menjadikan kawasan ini masuk ke dalam kawasan TOD (Transit Oriented Development).
Baca juga:
Kota Peruri merupakan sebuah kawasan terintegrasi yang terdiri dari 7 zona aktivitas yaitu Peruri Office, Heritage Fine Dining and Resto, Urban Park, Art and Creative Gallery, Food and Beverage, MICE, dan Commercial Office dengan mengusung empat prinsip perencanaan yaitu inklusif, dinamis, otentik, dan adaptive-reuse.
Salah satu zona yang terdapat di Kota Peruri adalah Urban Park atau yang disebut Taman Kota Peruri untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta Selatan. Taman Kota Peruri menyumbang sebagian besar ruang terbuka hijau dengan total keseluruhan seluas 1,08 hektar yang akan menjadi salah satu sumber penghijauan di tengah Jakarta Selatan.
“Kota Peruri ke depannya akan menjadi pusat aktivitas yang mendorong pengunjungnya untuk menggunakan transportasi publik guna mendukung pengurangan emisi,” ucapnya.