Sarankan Gencatan Senjata, PSI Kutuk Agresi Israel ke Palestina
SULUT - PSI mengutuk agresi Israel terhadap Palestina yang saat ini eskalasinya belum juga mereda.
"Ya posisi kami adalah mengutuk segala bentuk konflik dan perang di mana pun dan pihak apa pun yang terlibat dan pada saat bersamaan kami yakin hanya perdamaian yang akan membuat masyarakat sejahtera," ujar Sekjen PSI sekaligus Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni kepada wartawan setelah acara "Silaturahim, Doa Lintas Iman" di Manado, Sulawesi Utara, Jumat 13 Oktober malam, disitat Antara.
PSI, lanjut dia, merekomendasikan agar pihak-pihak terkait di Palestina dan Israel untuk melakukan gencatan senjata sesegera mungkin demi membuat masyarakat sejahtera dan jauh dari mara bahaya.
Menurutnya, diperlukan mencari titik-titik dalam perundingan dan mengurai titik tengkar agar menemukan titik temu.
"Nah hanya dengan itulah perdamaian abadi seperti yang diamanahkan oleh Undang-undang Indonesia bisa terjadi," katanya.
Baca juga:
- Setahun Kinerja Heru Budi di Mata Fraksi NasDem DPRD DKI: Sangat Gugup Memimpin Jakarta
- Kapolda Metro Tak Hentikan Kasus Dugaan Pemerasan Pimpinan KPK: Kecuali Mentok!
- JPU Ungkap Peran Tiga Terdakwa Eks Pejabat Dinas ESDM NTB di Kasus Korupsi Tambang Pasir PT AMG
- Kapolda Metro Tegaskan Penyidikan Kasus Kebocoran Data KPK di ESDM Masih Berjalan
Raja Juli mengatakan solusi dua negara adalah salah satu dari banyak penyelesaian yang dapat diterapkan untuk menuntaskan konflik antara Palestina dengan Israel.
"Salah satu solusinya adalah dua negara ini harus hidup secara berdampingan, two state solution merupakan satu hal yang sangat mungkin dilakukan agar ada perdamaian yang sustainable atau berkelanjutan atau perdamaian yang permanen," katanya.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak terpolarisasi karena konflik yang terjadi jauh dari Indonesia hingga membuat saling bertengkar di internal.
"Ya masing-masing pihak memiliki cara pandangnya, yang paling penting harus kita ingat adalah jangan sampai konflik terjadi jauh dari negara kita justru membuat kita tercabik-cabik di internal. Kita memiliki solidaritas tentu tidak hanya di tapal batas Indonesia, solidaritas kemanusiaan itu borderless nah tentu ya seperti yang dikatakan Ketum (Kaesang) tadi malah kita yang berantem di media sosial mendukung pihak yang lain dengan justifikasi yang dikonsumsi sendiri," pungkasnya.