Kritik Program Rice Cooker Gratis, PKS: Emak-emak Butuh Harga Pangan Murah
JAKARTA - Anggota Fraksi PKS DPR RI Kurniasih Mufidayati mengkritik program bantuan alat masak nasi (rice cooker) gratis oleh pemerintah di saat harga beras melambung tinggi.
Menurutnya, saat ini yang dibutuhkan kaum emak-emak adalah harga pangan murah dan terjangkau, alih-alih bantuan alat masak yang memakan anggaran besar.
"Sederhana saja, saat ini harga beras lagi tinggi-tingginya, yang diperlukan emak-emak hari ini adalah pangan murah, itu saja," ujar Kurniasih kepada wartawan, Rabu, 11 Oktober.
"Kendalikan harga pangan agar terjangkau dan murah, itu lebih prioritas dibandingkan program bagi-bagi rice cooker yang menelan anggaran besar ini," sambungnya.
Diketahui, pengadaan alat memasak berbasis listrik tersebut dianggarkan Rp340 Miliar untuk 680.000 calon penerima manfaat. Dengan anggaran besar itu, menurut Kurniasih, emak-emak justru akan lebih terbantu dengan subsidi bantuan harga pangan pokok untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) itu menilai, akan menjadi sebuah kebijakan paradoks jika sebelumnya salah satu menteri meminta agar masyarakat beralih tidak mengonsumsi beras ke ubi-ubian melihat melambungnya harga beras. Namun, kementerian lain justru memberikan bantuan alat memasak nasi dengan anggaran besar.
"Rakyat diminta makan ubi-ubinya karena beras mahal, namun diberikan bantuan alat memasak nasi. Daripada tidak sinkron kebijakan, pastikan harga pangan pokok terjangkau. Itu saja yang dibutuhkan emak-emak Indonesia," tegas Kurniasih.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral belum lama ini menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penyediaan Alat Memasak Berbasis Listrik bagi Rumah Tangga.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu menyampaikan, program pemberian alat masak listrik (AML) berupa penanak nasi ini akan dimulai pada tahun ini dan akan dibagikan sebanyak 500.000 unit di seluruh Indonesia.
"Program ini berpotensi meningkatkan konsumsi listrik sekitar 140 GWh setara dengan kapasitas pembangkitan 20 MW. Program ini juga berpotensi menghemat elpiji sekitar 29 juta kilo atau setara 9,7 juta tabung 3 kg," ujarnya kepada media, Senin, 9 Oktober.
Dia mengatakan, tujuan program ini adalah menjamin akses energi bersih yang terjangkau, andal dan berkelanjutan.
Selain itu, program ini bertujuan mengurangi impor elpiji yang digunakan untuk memasak, meningkatkan konsumsi listrik per kapita, serta mendukung teknologi memasak yang lebih bersih.
Baca juga:
- Disomasi NasDem Gara-gara Survei Anies ‘Buncit’ di Sumut, Denny JA Tegaskan Hasil Riset
- Survei IPN: Elektabilitas Prabowo Menurun Jika Dipasangkan dengan Gibran
- Kasus Virus Nipah di India Masih 6, Kemenkes Tetap Pantau untuk Tangkal
- Komnas Perempuan Sebut Kematian Dini Sera Bentuk Femisida, Begini Penjelasannya
Jisman mengaku, program ini akan bermanfaat kepada pelanggan yang dapat menurunkan biaya sebagian memasak yang sebelumnya menggunakan elpiji.
"Untuk pemerintah, program ini dapat mengurangi subsidi impor elpiji 3 kg yang digunakan untuk memasak. Bagi PLN program ini dapat meningkatkan penjualan listrik," imbuh Jisman.