Balas Serangan Hamas, Israel Gempur Gaza: Korban Tewas Tembus 1.100 Orang
JAKARTA - Israel menggempur daerah kantong Palestina di Gaza pada Hari Minggu, menewaskan ratusan orang, sebagai pembalasan atas serangan Hamas yang dikatakan menewaskan 700 warga Israel dan menculik puluhan lainnya.
Serangan pejuang-pejuang Hamas di kota-kota Israel pada Hari Sabtu, menjadi serangan paling mematikan terhadap negara itu, sejak serangan Mesir dan Suriah dalam Perang Yom Kippur yang pecah sekitar 50 tahun lalu.
Sebagai tanggapan, serangan udara Israel menghantam perumahan, terowongan, masjid dan rumah pejabat Hamas di Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak, seperti janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza akan sangat berat dan akan mengubah kenyataan dari generasi ke generasi," kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant, melansir Reuters 9 Oktober.
Serangan udara Israel di Gaza menghancurkan kantor dan kamp pelatihan Hamas, serta rumah dan bangunan lainnya. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan 413 warga Palestina, termasuk 78 anak-anak, tewas dan 2.300 orang terluka sejak Sabtu.
"Sebagai kekuatan pendudukan, Israel tidak mempunyai hak atau pembenaran untuk menargetkan penduduk sipil yang tidak berdaya di Gaza atau di tempat lain di Palestina," kata Kementerian Luar Negeri Palestina, mengecam "kampanye kematian dan kehancuran yang biadab".
Di Israel selatan pada Hari Minggu, orang-orang bersenjata Hamas masih melawan pasukan keamanan Israel lebih dari 24 jam setelah kejutan berupa serangan roket dan sekelompok pria bersenjata yang menyerbu pangkalan militer dan kota-kota perbatasan.
Militer Israel, yang menghadapi pertanyaan canggung karena tidak dapat menggagalkan serangan tersebut mengatakan, mereka telah menguasai kembali sebagian besar titik infiltrasi di sepanjang penghalang keamanan, membunuh ratusan penyerang dan menahan puluhan lainnya. Mereka juga mengatakan telah mengerahkan puluhan ribu tentara di sekitar Gaza, dan mulai mengevakuasi warga Israel di sekitar perbatasan.
Selain itu, pejuang Palestina diketahui menyandera puluhan orang ke Gaza, termasuk tentara dan warga sipil, anak-anak dan orang tua. Kelompok militan Palestina kedua, Jihad Islam, mengatakan mereka menahan lebih dari 30 tawanan.
"Ini adalah perang kelima saya. Perang harus dihentikan. Saya tidak ingin terus merasakan hal ini," kata Qassab al-Attar, seorang warga Palestina yang menggunakan kursi roda di Gaza yang dibawa oleh saudara laki-lakinya ke tempat penampungan.
Baca juga:
- Swedia Tambah Bantuan Militer untuk Ukraina Senilai Rp3,1 Triliun, Bakal Kirim Jet Tempur Gripen?
- Presiden Putin Sebut Ada Serpihan Granat di Pesawat Bos Wagner Prigozhin, Ungkap Temuan 5 Kg Kokain
- Ilmuwan WHO Sebut Demam Berdarah Kemungkinan Menjadi Endemik di Eropa Selatan, Amerika Serikat dan Afrika
- Tumpukan Salju Menyusut karena Musim Panas, Puncak Mont Blanc Berada di Level Terendah Dalam 22 Tahun
Israel belum mengumumkan jumlah korban resmi, namun medianya mengatakan sedikitnya 700 orang tewas, termasuk anak-anak. Juru bicara militer Daniel Hagari menyebutnya sebagai "pembantaian warga sipil tak berdosa terburuk dalam sejarah Israel."
Terpisah, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan serangan itu akan menyebar ke Tepi Barat dan Yerusalem. Warga Gaza telah hidup di bawah blokade yang dipimpin Israel selama 16 tahun, sejak Hamas menguasai wilayah tersebut pada tahun 2007.
"Berapa kali kami memperingatkan Anda bahwa rakyat Palestina telah tinggal di kamp pengungsi selama 75 tahun, dan Anda menolak mengakui hak-hak rakyat kami?" tegas Haniyeh.