JAKARTA - Nihon Hidankyo, kelompok penyintas bom atom Hiroshima menyamakan pengalaman yang dialami mereka seperti anak-anak Gaza, korban serangan militer Israel.
Israel lantas angkat bicara terhadap penilaian kelompok yang dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian tersebut.
"Gaza diperintah oleh Hamas, organisasi teroris pembunuh yang melakukan kejahatan perang ganda: menargetkan warga sipil Israel, termasuk wanita dan anak-anak, sambil menggunakan rakyatnya sendiri sebagai tameng manusia," klaim Duta besar Israel untuk Jepang di akun X-nya, Minggu 13 Oktober.
Selama setahun lebih di Gaza, 42.000 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 10.000 anak-anak terbunuh oleh militer Israel.
Pembunuhan ribuan orang di Gaza itu atas aksi balas dendam yang tidak proporsioal lantaran serangan Hamas ke Israel yang hanya berlangsung satu hari pada 7 Oktober 2023 menewaskan 1.200 warga Israel.
"Perbandingan seperti itu mendistorsi sejarah dan mempermalukan para korban" serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang di Gaza," lanjut Cohen.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Pemimpin Nihon Hidankyo, Toshiyuki Mimaki menilai penderitaan anak-anak di Gaza mirip dengan apa yang dihadapi Jepang pada akhir Perang Dunia II.
"Di Gaza, anak-anak yang berdarah digendong (oleh orang tua mereka). Seperti di Jepang 80 tahun yang lalu," kata Mimaki usai menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada Jumat 11 Oktober.
Sekitar 140.000 orang tewas usai Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Bom atom itu juga menyebabkan efek berkelanjutan. Tercatat 74.000 warga Jepang lainnya tewas di Nagasaki tiga hari kemudian.