Pemimpin Korut Kim Jong-un Bawa Pejabat Industri Pertahanan ke Rusia, Bakal Bahas Kerja Sama Senjata?

JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah meninggalkan Pyongyang menuju Rusia dengan kereta khusus kepresidenan, media pemerintah melaporkan pada Hari Selasa, dengan foto-foto yang menunjukkan bahwa ia kemungkinan ditemani oleh para pejabat tinggi industri senjata, di antara diplomat dan komandan militer lainnya.

Pemimpin Kim berangkat pada Minggu dalam perjalanan yang akan mencakup pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin, kata kantor berita negara KCNA.

Para pejabat Amerika, yang pertama kali melaporkan kunjungan itu akan segera dilakukan, mengatakan diskusi tersebut kemungkinan besar akan mencakup kemungkinan kesepakatan Korea Utara akan menyediakan senjata kepada Rusia untuk berperang di Ukraina.

Pemimpin Kim didampingi oleh pejabat tinggi pemerintah termasuk personel militer, kata KCNA.

Di antara delegasi tersebut terdapat anggota militer terkemuka dari partai yang berkuasa, termasuk Direktur Departemen Industri Amunisi Jo Chun Ryong.

Seorang analis mengatakan, susunan delegasi menunjukkan kunjungan tersebut terutama akan fokus pada kerja sama industri pertahanan dan urusan keamanan.

"Kehadiran Jo Chun Ryong menunjukkan bahwa Korea Utara dan Rusia akan menyelesaikan semacam perjanjian pembelian amunisi,” kata Michael Madden, pakar kepemimpinan Korea Utara di Stimson Center yang berbasis di Washington, melansir Reuters 12 September.

Pemimpin Korut Kim Jong-un meninggalkan Pyongyang menuju Rusia. (Sumber: KCNA)

Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan, pasukan jajar kehormatan militer dan kerumunan orang yang mengenakan jas gelap dan gaun warna-warni melambaikan bunga dan bendera saat ia menaiki kereta berwarna hijau tua, yang diyakini berlapis baja dan membawa peralatan khusus lainnya.

Perjalanan Pemimpin Kim ke Rusia dan pertemuan dengan Putin akan menjadi kunjungan berskala penuh, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah video yang diunggah online.

Menurut Peskov, topik utama pembicaraan adalah hubungan antar negara tetangga

"Kami akan terus memperkuat persahabatan kami," ujar Peskov.

Baik Moskow maupun Pyongyang telah membantah tuduhan AS sebelumnya bahwa mereka telah melakukan kesepakatan senjata, namun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan hubungan pertahanan.

Diketahui, Amerika Serikat telah berulang kali mengkritik kabar kerja sama senjata antara Pyongyang dan Moskow, mengingatkan risiko yang akan ditimbulkan dari kesepakatan semacam itu.

Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris di sela-sela KTT ASEAN pekan lalu mengatakan, langkah Korea Utara bertukar dukungan dengan Rusia untuk digunakan dalam peperangan di Ukraina adalah kesalahan besar.

"Saya pikir itu akan menjadi sebuah kesalahan besar. Gagasan bahwa mereka akan memasok amunisi untuk tujuan itu, akan menjadi kesalahan besar. Saya juga sangat yakin bahwa bagi Rusia dan Korea Utara, hal ini akan semakin mengisolasi mereka," kata Wapres Harris dalam wawancara dengan CBS News.

Sebelumnya, Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Hari Selasa pekan lalu memperingatkan Pemimpin Kim, negaranya akan membayar harga untuk memasok senjata kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina.

"Kami akan terus menyerukan Korea Utara untuk mematuhi komitmen publiknya untuk tidak memasok senjata ke Rusia yang pada akhirnya akan membunuh warga Ukraina," kata Sullivan.

Jauh sebelumnya, seorang pejabat kementerian pertahanan Korea Utara pada Bulan November tahun lalu mengatakan, Pyongyang "tidak pernah melakukan 'kesepakatan senjata' dengan Rusia" dan "tidak memiliki rencana untuk melakukan hal tersebut di masa depan."