Bagikan:

JAKARTA - Tim penyelamat optimis dapat menemukan korban selamat meski terus berpacu dengan waktu, saat angka mereka yang tewas akibat gempa Maroko tembus mencapai 2.800 jiwa.

Tim pencari dari Spanyol, Inggris dan Qatar bergabung dalam upaya penyelamatan Maroko setelah gempa berkekuatan 6,8 skala Richter terjadi pada Jumat malam di Pegunungan High Atlas, dengan pusat gempa 72 km (45 mil) barat daya Marrakesh.

TV pemerintah melaporkan jumlah korban tewas meningkat menjadi 2.862 orang dan 2.562 orang terluka, seperti melansir Reuters 12 September.

Tim penyelamat mengatakan, rumah-rumah bata lumpur tradisional yang banyak terdapat di wilayah tersebut mengurangi kemungkinan menemukan korban selamat karena rumah-rumah tersebut telah hancur.

Rekaman dari desa terpencil Imi N'Tala, yang difilmkan oleh penyelamat Spanyol Antonio Nogales dari kelompok bantuan Bomberos Unidos Sin Fronteras menunjukkan, pria dan anjing memanjat lereng curam yang tertutup puing-puing.

"Tingkat kehancurannya… mutlak," kata Nogales, berjuang menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dilihatnya.

"Tidak ada satu rumah pun yang tetap berdiri tegak," sambungnya.

Meskipun skala kerusakannya besar, dia mengatakan tim penyelamat yang melakukan pencarian dengan anjing pelacak masih berharap menemukan korban selamat.

"Saya yakin dalam beberapa hari mendatang akan ada beberapa penyelamatan, kami pikir mungkin masih ada orang di dalam bangunan yang runtuh, mungkin masih ada ruang udara, dan seperti yang saya katakan, kami tidak pernah putus asa," urainya.

Setelah respons awal yang dianggap terlalu lambat oleh beberapa penyintas, upaya pencarian dan penyelamatan meningkat pada Hari Senin, dengan tenda-tenda bermunculan di beberapa lokasi di mana orang-orang bersiap untuk malam keempat di luar ruangan.

Sebuah video yang direkam oleh outlet Maroko 2M menunjukkan sebuah helikopter militer terbang di atas daerah dekat pusat gempa, menjatuhkan karung-karung bantuan logistik kepada keluarga-keluarga yang terisolasi.

Karena sebagian besar zona gempa berada di daerah yang sulit dijangkau, pihak berwenang belum mengeluarkan perkiraan jumlah orang hilang.

Diketahui, gempa akhir pekan lalu merupakan gempa bumi paling mematikan di negara Afrika Utara sejak tahun 1960, ketika gempa menewaskan sedikitnya 12.000 orang, gempa paling dahsyat setidaknya sejak tahun 1900, menurut Survei Geologi AS.

Sementara itu, Perdana Menteri Aziz Akhannouch mengatakan kepada media lokal, Pemerintah Maroko akan memberikan kompensasi kepada para korban.