Panglima Militer AS Sebut Pasukan Ukraina Tinggal Memiliki 30 Hari untuk Melancarkan Serangan Balasan

JAKARTA - Jenderal tertinggi Amerika Serikat mengatakan Ukraina hanya mempunyai 30 hari tersisa untuk berperang, sebelum cuaca musim dingin menghalangi serangan balasan untuk merebut kembali wilayahnya yang diduduki Rusia.

Berbicara kepada BBC pada Hari Minggu dengan program Laura Kuenssberg, Panglima Militer AS Jenderal Mark Milley mengatakan, kondisi yang lebih dingin akan membuat Ukraina lebih sulit melakukan manuver.

Jenderal Milley mengakui, serangan balasan Ukraina berjalan lebih lambat dari yang diperkirakan, kendati mengakui masih ada perlawanan untuk mencapai kemajuan.

"Masih ada pertempuran sengit yang terjadi. Ukraina masih berusaha mencapai kemajuan yang stabil," ujar Jenderal Milley, seperti dilansir dari BBC 11 September.

Lebih jauh dikatakan Jenderal Milley, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah serangan balasan tersebut telah gagal, namun ia mengatakan Ukraina "berkembang dengan kecepatan yang sangat stabil melalui garis depan Rusia".

"Masih ada waktu yang cukup, mungkin tersisa sekitar 30 hingga 45 hari untuk menghadapi cuaca buruk, jadi Ukraina belum selesai," jelas Jenderal Milley.

"Ada pertempuran yang belum selesai. Mereka belum menyelesaikan bagian pertempuran dari apa yang ingin mereka capai," lanjutnya.

Diketahui, serangan balasan Kyiv, yang diluncurkan pada musim panas dan bertujuan untuk membebaskan wilayah pendudukan Rusia di Ukraina, sejauh ini dikatakan hanya membuahkan hasil kecil.

Militer Ukraina menembakkan Howitzer. (Wikimedia Commons/Ministry of Defense of Ukraine/military journalist Taras Gren)

Namun, para jenderal Ukraina mengklaim mereka telah menembus garis pertahanan pertama Rusia yang tangguh di wilayah selatan.

"Saya sudah katakan di awal, perang ini akan berlangsung lama, lambat, berat, dan menimbulkan banyak korban, dan memang itulah yang terjadi," urai Jenderal Milley.

Dalam wawancara yang sama, Panglima Militer Inggris Laksamana Sir Tony Radakin mengatakan, "Ukraina menang dan Rusia kalah".

"Itu karena tujuan Rusia adalah untuk menaklukkan Ukraina dan menempatkannya di bawah kendali Rusia," katanya.

"Hal itu tidak terjadi dan tidak akan pernah terjadi, dan itulah mengapa Ukraina menang," tegas Laksamana Radakin.

Ia menambahkan, Ukraina membuat kemajuan dalam perjuangannya untuk mendapatkan kembali wilayahnya, setelah berhasil merebut kembali 50 persen wilayah yang direbut Rusia.

Kemajuan Ukraina juga berkat komunitas internasional yang "memberikan tekanan ekonomi dan tekanan diplomatik, menyebabkan Rusia menderita," katanya.

Tahun lalu, angkatan bersenjata Ukraina merebut kembali Kherson pada tanggal 11 November, sementara selama musim dingin yang umumnya tidak terlalu dingin, pertempuran terus berkecamuk di sekitar Bakhmut.

Hujan musim gugur dan dinginnya musim dingin memang berdampak pada sifat pertempuran. Tetapi, perlambatan dalam operasi ofensif Ukraina tahun lalu lebih disebabkan oleh peralatan dan amunisi.

Ditanya mengenai dampak cuaca, kepala intelijen militer Ukraina, Letnan Jenderal Kyrylo Budanov mengatakan pada Hari Sabtu, "pertempuran akan terus berlanjut dengan berbagai cara".

Ia mengakui bahwa lebih sulit untuk bertempur dalam cuaca yang dingin dan basah, tetapi mengatakan ini adalah masalah penyesuaian, bukan halangan.

Kendaraan beroda ban, katanya, lebih bermasalah dalam cuaca basah daripada kendaraan beroda rantai seperti tank.

Namun, dia menunjukkan penggunaan pertahanan anti-tank dan drone kamikaze yang ekstensif oleh Rusia juga sama menantangnya.

"Jadi dalam sebagian besar kasus, sayangnya, serangan kami dilakukan dengan berjalan kaki," tandasnya.