Suatu hari, Kita Bisa Tinggal di Planet Mars

JAKARTA - Planet Mars dalam dua abad terakhir ini telah dipetakan oleh para astronom. Dimulai dari peta tentang mars pada tahun 1840 yang dibuat Wilhelm Beer dan Johann von Mädler di Jerman. Selanjutnya dikembangkan oleh astronom Itali Giovanni Schiaparelli tahun 1877-lah yang membuat ketertarikan abadi terhadap gagasan peradaban Mars.

Dalam setahun terakhir ini peneliti NASA menghabiskan waktu untuk simulasi di habitat Mars yang berada di Texas. NASA berambisi untuk mendaratkan astronomnya di Mars pada tahun 2030. Bahkan badan antariksa Eropa (ESA) bertekad untuk mencoba perjalanan perdana Bumi-Mars di akhir tahun ini.

Untuk menyelesaikan misi mendarat dan hidup di planet mars, dibutuhkan peta planet tersebut dengan akurat dan detil terkait laporan cuaca yang terjadi di wilyah tersebut. Disebut-sebut peneliti di New York University Abu Dhabi (NYUAD) mewujudkan mimpi ini dengan Mars Atlas mereka.

Dengan hati-hati menggabungkan lebih dari 3.000 gambar resolusi tinggi yang dikumpulkan oleh wahana Hope Uni Emirat Arab – yang telah mengorbit Mars sejak tahun 2021 – tim ini menciptakan “mosaik warna yang indah dari seluruh planet,” kata Dimitra Atri, kepala Mars Research Group di NYUAD seperti dilansir dari CNN, Sabtu, 9 September.

Atri menjelaskan di Planet Mars banyak sekali pesawat yang jatuh dan atmosfer di planet itu sangat tipis sehingga menyulitkan roket untuk melambat. Ditambahkkan Atri, putaran angin di planet itu juga sangat kencang yang memungkinkan mengubah jalur lintasan pendaratan.

“Jika sebuah penyelidikan gagal, maka ilmu pengetahuan dan sumber daya akan hilang secara besar-besaran. Namun saat Anda mengirim manusia, Anda harus sangat berhati-hati. Memahami pola cuaca harian dan musiman dapat membantu peneliti mengidentifikasi waktu dan lokasi paling aman untuk mendarat, kata Atri.

Atri menyebutkan pendaratan pesawat merupakan salah satu tantangan yang dapat diatasi dengan atlas (peta) yang akurat. Sementara untuk lokasi terbaik untuk pemukiman manusia dalam hal lanskap, suhu dan sumber daya merupakan tantangan lain.

“Mungkin terdengar konyol, tapi mungkin di masa depan akan sangat umum orang pergi ke Mars dan bahkan tinggal di sana,” kata Atri.