Jumlah Pendapatan Penipuan Kripto Menurun Hampir 50 Persen dari Tahun Lalu
JAKARTA - Sebuah survei yang dilakukan oleh Consensys, perusahaan teknologi perangkat lunak terkemuka dalam bidang web3, bersama YouGov, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki pemahaman yang rendah tentang aset kripto.
Ada beberapa faktor mengapa itu terjadi, di antaranya yaitu karena tidak paham harus mulai dari mana, tidak memahami fungsinya, dan teknologinya yang dinilai terlalu sulit untuk dipahami.
Selain itu, dua alasan lainnya adalah karena aset kripto dinilai terlalu volatil dan berisiko, itu karena harga harga aset kripto dapat dengan cepat berubah. Selain itu, kripto juga dinilai terlalu banyak scam.
Menurut CEO Tokocrypto Yudhono Rawis, juga memahami persepsi volatilitas harga yang tinggi dan beberapa kasus penipuan yang terjadi dalam industri kripto memang menjadi keprihatinan yang wajar.
Kendati demikian, Yudho merasa, dengan edukasi yang tepat, masyarakat dapat memahami bagaimana cara mengelola risiko ini dan membedakan antara proyek kripto yang sah dan potensi penipuan.
"Pentingnya peran pemerintah dan regulator dalam menciptakan lingkungan yang kondusif juga tidak bisa diabaikan. Regulasi yang jelas dan ramah terhadap industri kripto dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat dan pelaku industri," jelas Yudho dalam sebuah pernyataan yang diterima.
Menurutnya, jika regulasi diatur dengan cermat aspek-aspek seperti keamanan, transparansi, dan perlindungan konsumen, masyarakat mungkin akan lebih percaya untuk terlibat dalam penggunaan dan investasi kripto.
Baca juga:
- Survei Consensys: Pemahaman Masyarakat Indonesia tentang Aset Kripto Masih Rendah
- YouTube Music Punya Fitur Komentar, Pendengar Bisa Tanggapi Lagu dari Musisi Favorit
- Lufthansa Luncurkan Program Loyalti NFT "Uptrip" di Jaringan Polygon
- Pemenang Desain Seni Binance Karyanya Akan Terpampang di Helm Pierre Gasly pada Grand Prix Abu Dhabi
Pendapatan Penipuan Kripto Menurun
Data Chainalysis juga mengungkap pendapatan penipuan kripto turun 46 persen dari 10,9 miliar dolar AS (Rp166 triliun) ke 5,9 miliar dolar AS (Rp89,9 triliun) per tahun secara global pada tahun 2022.
Penurunan ini berkaitan dengan kondisi pasar cenderung memburuk ketika harga aset kripto sedang menurun. Namun, beberapa jenis penipuan kripto terus berkembang meskipun pasar sedang lesu.
Yudho juga memberikan pandangan lebih lanjut tentang langkah-langkah konkret yang perusahaan seperti Tokocrypto dan juga pelaku industri lainnya dapat lakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia mengenai kripto.
"Dalam upaya ini, kerja sama lintas sektor, termasuk pendidikan, teknologi, dan pemerintah, sangat diperlukan untuk mengatasi hambatan dan membangun kesadaran yang lebih baik mengenai potensi revolusioner teknologi kripto dan blockchain," ungkap Yudho.
Diharapkan tingkat pemahaman yang terus berkembang ke arah lebih baik ini nantinya bisa mengakselerasi pertumbuhan jumlah investor kripto di Indonesia.