JAKARTA - Sebuah hasil survei yang dilakukan oleh Consensys, perusahaan teknologi perangkat lunak terkemuka dalam bidang web3, bersama YouGov, memperlihatkan bagaimana pemahaman masyarakat global, termasuk Indonesia, terhadap dunia kripto.
Berdasarkan survei yang dilakukan di 15 negara dengan melibatkan 15.000 responden berusia 18-65 tahun ini, menyebutkan bahwa Indonesia memiliki pemahaman yang rendah tentang aset kripto, yakni sebesar 33%.
Jika dibandingkan dengan Nigeria (78%), Korea Selatan (63%), Afrika Selatan (61%), Brasil (59%), dan India (56%). Indonesia jelas jauh tertinggal.
Berkaitan dengan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap dunia kripto, survei yang dilakukan kepada 1.015 masyarakat Indonesia ini juga turut menyebutkan faktor-faktor mengapa pemahaman masyarakat terhadap kripto masih rendah.
Beberapa faktor tersebut adalah, sebanyak 52% mengatakan bahwa mereka tidak paham harus mulai dari mana, kemudian 44% masyarakat mengaku tidak memahami fungsinya, dan 43% lainnya mengatakan teknologinya terlalu sulit dipahami.
Jika tiga faktor tersebut berkaitan langsung dengan pemahaman masyarakat tentang aset kripto, dua alasan lainnya adalah karena aset kripto dinilai terlalu volatil dan berisiko (42%), dan terlalu banyak scam (34%).
Persepsi Positif Indonesia terhadap Aset Kripto
CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, mengatakan bahwa hasil survei ini memberikan gambaran yang menarik mengenai tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap dunia kripto.
BACA JUGA:
"Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman adalah kurangnya edukasi yang memadai tentang kripto dan teknologi blockchain," kata Yudho dalam pernyataan yang diterima pada Kamis, 31 Agustus.
Menurutnya, banyak masyarakat yang belum familiar dengan konsep-konsep dasar seperti cara kerja blockchain, manfaat kripto, dan potensi aplikasinya di berbagai sektor. Inisiatif edukasi yang lebih luas dan terstruktur dapat membantu mengatasi hambatan ini.
Kendati demikian, Yudho mengingatkan bahwa masyarakat di Indonesia memiliki persepsi paling positif dan progresif terhadap kripto. Dari hasil survei yang sama, responden Indonesia juga menganggap kripto sebagai mata uang masa depan (17%), memiliki potensi sebagai kepemilikan digital (15%), dan alternatif bagi ekosistem keuangan tradisional (9%).
“Ini menunjukkan bahwa Indonesia, masih sangat terbuka terhadap konsep kripto sebagai aset yang menjanjikan dan bisa memberikan nilai tambah di masa depan," pungkasnya.