Pemprov DKI Wajibkan Cerobong Industri di Jakarta Pakai Scrubber, Begini Respons Kemenperin
JAKARTA - Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengingatkan para industri di Jakarta untuk memasang scrubber pada cerobong asapnya. Hal ini sebagai upaya pengendalian polusi udara di Ibu Kota.
Berdasarkan data yang dimiliki, tercatat sebanyak 14 industri dinyatakan wajib memasang scrubber pada cerobongnya.
Merespons hal tersebut, Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi Andi Rizaldi mengatakan, hal tersebut perlu dicek kembali.
Sebab, Kemenperin sendiri sudah membentuk tim inspeksi untuk melakukan monitoring terhadap industri-industri di kawasan Jabodetabek terkait kadar emisi yang dikeluarkan.
"Perlu dicek lagi kelihatannya. Jadi, kami kan sudah ada tim inspeksi juga, itu nanti yang mengecek apakah memang emisinya di luar ambang (batas) atau memang misalnya perlu ada katakanlah hanya dengan scrubber saja itu sudah tidak ada emisi lagi," kata Andi kepada wartawan ditemui usai acara Sustainability & Inclusivity Conference 2023 di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 29 Agustus.
Andi mengatakan, tim inspeksi yang teleh dibentuk Kemenperin bisa menentukan industri mana saja yang diwajibkan memakai scrubber atau tidak.
"Nanti, tim inspeksi itu yang akan memantau," ujarnya.
Saat ditanyai lebih lanjut mengenai apakah nantinya seluruh industri di Jakarta dan sekitarnya diwajibkan memakai scrubber, Andi mengatakan pihaknya menunggu hasil dari tim inspeksi.
Baca juga:
"Nah, itu nanti perlu penilaian dari tim inspeksi. Jadi, Kemenperin sudah ada tim inspeksinya, kan," tambahnya.
Di sisi lain, Andi menilai, bahwa sektor industri sangat berkontribusi terhadap pendapatan negara. Hal ini, lanjutnya, terlihat dari nilai ekspor yang terjaga, Indonesia mengalami surplus, hingga investasi yang juga meningkat.
Sehingga, kinerja sektor industri perlu tetap berjalan di tengah desakan penutupan sektor tersebut lantaran diduga menjadi penyebab polusi udara akhir-akhir ini.
"Saya pikir kolaborasi seperti sebelum kasus COVID-19 itu merupakan kolaborasi yang baik sebetulnya, sehingga ekspor tetap terjaga, surplus, dan investasi juga meningkat. Nah, kami itu ingin kontribusi industri seperti itu. Jadi, perlu ada kombinasi yang lebih baik kelihatannya," pungkas Andi.