Inggris Pilih Ahli Teknologi dan Mantan Diplomat untuk Pimpin Persiapan Pertemuan Global tentang AI
JAKARTA - Pemerintah Inggris telah memilih ahli teknologi Matt Clifford dan mantan diplomat senior Jonathan Black untuk memimpin persiapan pertemuan global tentang kecerdasan buatan (AI) yang akan diadakan nanti tahun ini.
Kedua tokoh ini akan bertugas untuk mengumpulkan para pemimpin politik, perusahaan-perusahaan AI, dan para ahli sebelum acara ini digelar pada musim gugur mendatang, demikian diumumkan oleh pemerintah pada Kamis, 10 Agustus.
Perdana Menteri Rishi Sunak pada Juni lalu sebelumnya telah mengusulkan Inggris sebagai calon pemimpin dalam memastikan keamanan dari teknologi yang berkembang pesat ini. Ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan negara ini "bukan hanya sebagai rumah intelektual, tetapi juga rumah geografis" bagi regulasi AI.
Berbagai pemerintah di seluruh dunia sedang berusaha untuk mengendalikan dampak negatif potensial dari AI tanpa menghambat inovasi. Namun, pemerintahan Sunak belum mengumumkan tanggal acara atau siapa yang diperkirakan akan menghadiri.
Baca juga:
- Fitur DJ Spotify yang Didukung AI Kini Tersedia di Lebih Banyak Negara
- Pimpin Pasar Kripto, Tokocrypto Jadi Local Exchange Terbesar di Indonesia
- Stasiun Luar Angkasa Ternyata Simpan Banyak Debu Paling Beracun, Lebih Parah dari Bumi
- Ini Dia Empat Fitur Google Sheets yang Tidak Banyak Diketahui Orang-orang
Uni Eropa telah mengambil peran dengan usulannya mengenai "AI Act" yang bertujuan untuk menjadi patokan global dalam teknologi yang berkembang pesat ini. Namun, beberapa negara lain lebih memilih pendekatan "wait and see" atau cenderung pada regulasi yang lebih fleksibel.
Inggris memilih untuk membagi tanggung jawab regulasi AI antara lembaga-lembaga yang mengawasi hak asasi manusia, kesehatan dan keselamatan, serta persaingan, daripada membentuk badan baru yang khusus mengurus teknologi ini.
Pemimpin dari kelompok ekonomi G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, pada bulan Mei lalu telah mendesak adopsi standar untuk menciptakan AI yang "terpercaya" dan mendirikan forum menteri yang dikenal dengan "Proses AI Hiroshima".