BTN Syariah Mau Spin Off, Bank Kuning Ini yang Bakal Dicaplok?

JAKARTA – Rencana PT Bank Negara Indonesia Tbk (BTN) untuk melakukan pemisahan (spin off) Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah (BUS) terus bergulir.

Terbaru, Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengatakan, aksi korporasi tersebut dijadwalkan bakal segera dieksekusi dengan mengakuisisi entitas perbankan syariah eksisting.

“Kami harap bisa ada kontrak kesepakatan jual belinya dengan salah satu bank yang kami sedang dekati sebelum akhir tahun,” ujarnya seperti yang diberitakan redaksi hari ini, Rabu, 9 Agustus.

Meski demikian, Nixon enggan berkomentar lebih jauh terkait dengan bank yang akan dicaplok tersebut.

“Tidak boleh menyebutkan (bank yang dimaksud) dan bukan BSI (Bank Syariah Indonesia),” tuturnya.

Sebagai informasi, aturan mengenai spin off tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12 tahun 2023 yang menyebutkan bahwa UUS bernilai aset 50 persen dari induknya atau memiliki jumlah aset minimal Rp50 triliun harus memisahkan diri.

Adapun lembaga jasa keuangan yang dibidik oleh BTN itu masih menjadi misteri. Namun, wacana BTN bakal mencaplok bank syariah bukan barang baru.

Dari penelusuran redaksi didapati bahwa salah satu yang menjadi incaran adalah PT Bank KB Bukopin Syariah (sebelumnya bernama PT Bank Syariah Bukopin).

Rumor tersebut kencang terdengar pada pertengahan 2019.

Hal ini diamini oleh sumber internal redaksi yang berasal dari kalangan perbankan syariah nasional.

“Mungkin Bank Bukopin Syariah,” kata dia.

Untuk diketahui, PT Bank KB Bukopin Syariah merupakan entitas anak dari PT Bank KB Bukopin Tbk dengan jumlah kepemilikan saham mencapai 92,78 persen.

Mengutip annual report 2022, disebutkan bahwa Bukopin Syariah sukses menyalurkan pembiayaan Rp5,17 triliun pada sepanjang tahun lalu.

Angka tersebut melesat 20,9 persen dibandingkan periode 2021 yang sebesar Rp4,27 triliun.

Sementara untuk kinerja tahun ini, bank berlogo kuning tersebut mengklaim sudah meraih laba bersih Rp5,55 miliar pada Mei 2023 dengan pembiayaan melonjak Rp5,37 triliun.