Militer Myanmar Dikabarkan akan Memindahkan Aung San Suu Kyi ke Tahanan Rumah, NUG: Tidak Mengubah Status
JAKARTA - Pemerintah militer Myanmar dikabarkan mungkin akan memindahkan pemimpin Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, dari penjara ke tahanan rumah di ibukota, Naypyitaw, menurut dua media pada Hari Rabu.
Pemenang Nobel berusia 78 tahun itu telah ditahan sejak penangkapan pada hari pertama kudeta militer 1 Februari 2021 lalu, menggulingkan pemerintahan terpilihnya, melancarkan tindakan keras terhadap para penentangnya yang menyebabkan ribuan orang dipenjara atau dibunuh.
Associated Press mengutip seorang pejabat keamanan yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan, langkah tersebut merupakan tindakan pengampunan bagi para tahanan sebagai bagian dari upacara keagamaan yang akan dilakukan minggu depan.
Sementara BBC Burma mengutip sebuah "sumber yang dekat dengan penjara" mengatakan Suu Kyi mungkin telah dipindahkan ke sebuah rumah yang biasanya digunakan oleh para pejabat pemerintah.
Sementara itu, juru bicara militer Myanmar yang berkuasa tidak segera bisa dimintai komentar. Sedangkan pengacara Suu Kyi dan juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) bayangan yang menentang pemerintahan militer, tidak dapat mengonfirmasi laporan tersebut.
"Berita tentang perbaikan kondisi disambut baik, tetapi tidak mengubah statusnya sebagai tahanan," kata juru bicara NUG, Kyaw Zaw, melansir Reuters 26 Juli.
Sebelumnya, Suu Kyi mengajukan banding atas hukuman yang menambah masa tahanannya menjadi 33 tahun, setelah dinyatakan bersalah atas berbagai pelanggaran mulai dari penghasutan dan kecurangan pemilihan umum hingga korupsi, tuduhan yang dibantahnya.
Sementara, banyak pemerintah Barat mengutuk perlakuan junta militer terhadap Suu Kyi dan tahanan politik lainnya, menyerukan pembebasan mereka.
Bulan ini, Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai mengatakan baru saja bertemu dengan Suu Kyi, pejabat asing pertama yang diberi akses untuk menemuinya sejak ia ditahan.
Pertemuan ini terjadi ketika kelompok regional Asia Tenggara, ASEAN, sedang berjuang untuk menyepakati sebuah pendekatan mengenai bagaimana mengakhiri krisis di Myanmar.
Baca juga:
- Paus Fransiskus kepada Transgender: Tuhan Mengasihi Kita Apa Adanya
- Inggris Peringatkan Rusia Mungkin mulai Menargetkan Kapal Sipil di Laut Hitam, Ada Indikasi Penambahan Ranjau Laut
- PBB Peringatkan Kerawanan Pangan Akibat Polikrisis Konflik hingga Perubahan Iklim di Kawasan Arab
- Ungkap Surat Sekjen PBB untuk Presiden Putin, Jubir Kremlin Sebut saat Ini Tidak Mungkin Kembali ke Kesepakatan Laut Hitam
Diketahui, putri dari pahlawan kemerdekaan Myanmar ini pertama kali menjadi tahanan rumah pada tahun 1989, setelah protes besar-besaran menentang pemerintahan militer selama puluhan tahun.
Pada tahun 1991, ia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian karena mengkampanyekan demokrasi, namun baru dibebaskan dari tahanan rumah pada tahun 2010.
Suu Kyi kemudian memenangkan pemilihan umum tahun 2015, yang diadakan sebagai bagian dari reformasi militer sementara yang dihentikan oleh kudeta tahun 2021.