Wakatobi akan Jadi Percontohan Hilirisasi Rumput Laut, Begini Penjelasan KKP
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana memfasilitasi investasi untuk hilirisasi rumput laut dalam proyek percontohan (Modelling) di kawasan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo menyebut, hilirisasi rumput laut perlu dilakukan lantaran komoditas tersebut memiliki banyak produk turunan yang dapat diekspor, sehingga memberikan nilai tambah.
"Kami nanti modelling-nya di Wakatobi. Saya rasa, nanti konsentrasi satu modelling dulu," kata Budi kepada wartawan di Gedung KKP, Jakarta, Selasa, 25 Juli.
Budi mengatakan, saat ini, komposisi ekspor rumput laut di Indonesia didominasi dalam bentuk olahan kering sebanyak 80 persen. Sedangkan, nilai ekspor rumput laut dalam bentuk olahan hanya sebesar 20 persen.
Tak hanya itu, dia menyebut, kontribusi ekspor rumput laut Indonesia untuk dunia telah mencapai 16,4 persen. "Ini kalau kami tingkatkan (rumput laut) pengolahan di dalam itu, nilai tambahnya akan jauh lebih tinggi," ujar dia.
Oleh karena itu, kata Budi, pihaknya tengah menantikan sejumlah investor yang berminat investasi rumput laut di Wakatobi.
"Kami sedang menjaring (para investor) dalam langkah-langkah ini, karena kami perlu kehati-hatian dan kesiapan. Kami buka komunikasi dengan sekian investor terkait potensi yang akan dikembangkan di sana dan itu masih dalam pembahasan," tuturnya.
Menurut Budi, apabila pembasahan tersebut telah selesai, nantinya hasilnya bisa disampaikan secara terperinci. "Itu semua sedang dalam pembahasan intensif, dalam waktu dekat bisa disampaikan hasil-hasil ini," imbuhnya.
Baca juga:
Dikutip dari laman resmi KKP, Kabupaten Wakatobi disebutkan sebagai salah satu daerah penghasil rumput laut yang sangat potensial di Sulawesi Tenggara. Sebagai gambaran, pada 2022, produksi rumput laut kering di daerah tersebut mencapai 3.951 ton. Adapun potensi lahan yang tersedia seluas 5.236 Ha dan tersebar di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa dan Tomia.
Sehingga, KKP memberikan dukungan modelling usaha rumput laut dengan mengintegrasikan ekosistem dari hulu ke hilir di kawasan tersebut. Hilirisasi dimulai dari penanganan pascapanen yang baik, modernisasi pengeringan, packaging, pengaturan tata niaga, hingga penyediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Dari kegiatan tersebut, nantinya diharapkan dapat menghasilkan rumput laut kering sesuai standar bahan baku industri.
"Indonesia bisa menjadi pemain rumput laut dunia yang handal, karenanya diperlukan sinergitas antar stakeholders untuk bergerak dan maju bersama," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, Kamis, 20 Juli.