Palo Alto: Serangan Siber Rantai Pasokan di Industri Manufaktur Meningkat 27,5 Persen

JAKARTA - Lanskap ancaman siber di industri manufaktur berkembang dengan cepat, dan serangan rantai pasokan pun kian meningkat. Ancaman siber ini tentu menjadi perhatian pelaku bisnis, karena tidak hanya berdampak pada organisasi, tetapi juga pada mitra dan pelanggannya. 

"Risiko keamanan rantai pasokan berkembang pesat menjadi masalah yang tak terelakkan, mulai dari isu pemalsuan dan perusakan mesin hingga pencurian data dan penyusupan perangkat lunak dan perangkat keras berbahaya,” kata Alex Nehmy, Field Chief Security Officer - Critical Industries, Japan and Asia Pacific dalam pernyataan yang diterima di Jakarta.

Laporan Tren Ancaman Jaringan Unit 42 terbaru Palo Alto menemukan, di antara tahun 2021 dan 2022, terdapat peningkatan 238 persen dalam jumlah rata-rata serangan yang dialami pelanggan di sektor manufaktur, utilitas, dan energi. Juga, terdapat peningkatan 27,5 persen dalam rasio serangan malware yang menargetkan industri ini secara global.

“Risiko-risiko ini menimbulkan tantangan yang signifikan bagi para pelaku bisnis, mengakibatkan kerugian finansial, kerusakan reputasi, sanksi hukum, dan bahkan mengganggu kelangsungan operasional," tambah Alex.

Maka dari itu, manajemen risiko rantai pasokan yang efektif merupakan hal penting untuk memitigasi risiko keamanan siber tersebut. Salah satu prinsip utama dalam manajemen risiko siber rantai pasokan adalah mengembangkan pertahanan berdasarkan asumsi bahwa sistem akan dibobol. 

Dengan mengadopsi berbagai upaya dan langkah-langkah proaktif yang terbaik, Palo Alto percaya bahwa organisasi dapat memperkuat keamanan siber rantai pasokan mereka serta mengurangi risiko serangan siber dan pembobolan data. 

“Organisasi perlu memiliki solusi yang komprehensif untuk memvisualisasikan komponen dan struktur rantai pasokan, serta mengamankan aplikasi, komponen infrastruktur, dan alur pengembangan,” pungkasnya.