KKP Sebut Program SFV di Gondol Bali Sukses Tingkatkan Realisasi PNBP Layanan Perikanan
JAKARTA - Program Smart Fisheris Village (SFV) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Gondol, Bali, berhasil meningkatkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) layanan perikanan.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP), I Nyoman Radiarta menyebut, realisasi PNBP tersebut berpotensi naik dua kali lipat hingga akhir 2023.
"Kalau kami bandingkan, pada Semester I SFV di Gondol sudah mampu mencapai target PNBP 82 persen atau sebesar Rp408 juta. Saya sangat mengapresiasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPSDM yang mampu mengoptimalkan asetnya secara utuh dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," ujar dia melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, 20 Juli.
Nyoman menjelaskan, program SFV di Gondol dijalankan oleh Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP).
(BBRBLPP) sendiri merupakan unit pelaksana teknis BPPSDM KP yang fokus pada pengembangan budidaya laut, khususnya komoditas kakap putih, bandeng, kerapu, kepiting dan rajungan, serta udang vaname.
Program SFV berbasis UPT tersebut bertujuan mengoptimalkan aset-aset yang dimiliki balai, seperti peralatan produksi ataupun lahan untuk mendongkrak produktivitas sektor kelautan dan perikanan di wilayah kerja.
Di Gondol, aset balai yang dimanfaatkan mendukung program SFV tersebar di tiga desa, yakni Desa Penyabangan, Desa Sumberkima dan Desa Pejarakan.
Desa Penyabangan saat ini menjadi fasilitas utama perbenihan budidaya laut. Di desa itu, terdapat berbagai sarana dan prasarana penunjang budidaya, seperti empat kolam 100 meter kubik dan empat kolam berukuran lebih kurang 20 meter kubik.
Sejumlah kolam tersebut dimanfaatkan untuk penyediaan induk dan pemeliharaan induk (broodstock center), hatchery perbenihan ikan laut (larval rearing), fasilitas pendederan ikan laut (nursery) yang menghasilkan benih berbagai ukuran, hingga laboratorium khusus pakan alami dari spesies laut untuk kultur murni maupun kultur masa.
Selain itu, Desa Penyabangan juga melakukan pemeliharaan benih dan pendederan kakap putih serta ikan kerapu. Benih kakap putih yang dihasilkan rata-rata mencapai 87.000 ekor/siklus, sedangkan kerapu menghasilkan 39.500 ekor per siklus.
Program SFV BBRBLPP di Desa Penyabangan juga menyediakan induk kepiting atau rajungan untuk pembenihan dan penyediaan pakan alami. Penyediaan induk kepiting atau rajungan ini dilakukan untuk mendukung usaha perbenihan, baik untuk skala murni maupun massal.
Berikutnya, di Desa Sumberkima, program SFV BBRBLPP menghasilkan Instalasi Karamba Jaring Apung (KJA). Instalasi tersebut ditunjang dengan 16 KJA High Density Polyethylene (HDPE).
Baca juga:
Kegiatan yang tengah berjalan saat ini adalah budidaya pembesaran 7.700 ekor kakap putih, yang mana ikan tersebut merupakan hasil pembenihan atau pendederan dari Desa Penyabangan.
Sedangkan di Desa Pejarakan, program SFV BBRBLPP menghasilkan Instalasi Tambak Pejarakan berisi 13 petak dengan luasan 65.500 meter persegi dan 39.500 meter persegi.
Instalasi tersebut dimanfaatkan untuk membesarkan 2.600 ekor ikan kerapu, 6.500 ekor ikan kakap putih, dan udang vaname yang telah menghasilkan hampir 1 ton pada satu siklus. Saat ini, instalasi di Desa Pejarakan tengah melakukan penebaran 350.000 benur udang vaname.
"Seluruh aset dan produksinya kami manfaatkan seoptimal mungkin sebagai layanan perikanan kepada masyarakat, khususnya para pembudidaya. Layanan inilah yang menjadi pemasukan bagi negara melalui skema PNBP," imbuh Nyoman.