JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengembangkan program VOGA (Vocational Goes to Actors) dan Smart Fisheries Village (SFV) sebagai upaya mengawal implementasi program prioritas berbasis ekonomi biru.
Melalui kedua program tersebut, KKP berupaya mengoptimalkan pengembangan dan penguatan kapasitas SDM KP.
"Dalam mendukung program strategis KKP yang berlandaskan pada ekonomi biru, BRSDM memiliki peran strategis dalam penyiapan SDM unggul, maju, dinamis dan bertalenta global," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) I Nyoman Radiarta dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 30 Maret.
Nyoman menyebut, VOGA dilaksanakan melalui transformasi pendidikan vokasi dengan pembentukan Ocean Institute of Indonesia (OII) yang merupakan penggabungan seluruh satuan pendidikan tinggi bidang kelautan dan perikanan yang dimiliki KKP dengan kampus utama di Politeknik AUP Jakarta.
Kemudian, revitalisasi pelatihan, sertifikasi kelautan dan perikanan, serta optimalisasi peran penting penyuluh.
Lebih lanjut, kata Nyoman, pihaknya pun berkomitmen memberikan akses pendidikan 100 persen bagi anak pelaku utama perikanan (nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, pemasar hasil perikanan, dan petambak garam) sebagai upaya regenerasi pelaku utama bidang kelautan dan perikanan.
"Khusus di Politeknik KP Sidoarjo, dengan ditetapkannya sebagai institusi yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU), maka kampus tersebut akan diberikan proporsi sebesar 80 persen untuk jalur umum dan 20 persen untuk anak pelaku utama, sehingga mendukung predikat BLU tersebut," ujarnya.
BACA JUGA:
Untuk program kedua, yaitu pengembangan Smart Fisheries Village (SFV), yang merupakan konsep pembangunan desa perikanan berbasis teknologi informasi dan manajemen tepat guna dalam rangka meningkatlan pemanfaatan aset BMN dan PNBP.
Terdapat dua konsep pembangunan SFV, yakni SFV berbasis Desa dan SFV berbasis Unit Pelaksana Teknis (UPT).
"Pembangunan SFV tidak hanya dilakukan secara fisik, namun juga pada tatanan sosial dan kelembagaannya, sehingga daya saing desa meningkat dan terjadi peningkatan kapasitas SDM," ungkap Nyoman.
Adapun integrasi/kolaborasi pendidikan dilakukan melalui kegiatan Teaching Factory (TEFA), pelatihan dan percontohan penyuluh, serta penerapan inovasi. Nyoman mengatakan, hal tersebut merupakan kekuatan BRSDM dalam pengembangan SFV.
"Melalui program ini, BRSDM menargetkan peningkatan ekonomi masyarakat, serta kegiatan produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," pungkasnya.