JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperkenalkan inovasi teknologi pengeringan rumput laut sistem rumah kaca dan mesin rotary dryer di kawasan Silvofishery Marana di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas produksi.
Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) KKP I Nyoman Radiarta mengatakan hasil inovasi Smart Fisheries Village (SFV) Mekanisasi Perikanan, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul itu akan menjaga kualitas stabilitas produktivitas masyarakat pembudidaya, khususnya ketika musim hujan.
"Inovasi tersebut ke depannya akan diaplikasikan di Silvofishery Marana, Maros," kata Nyoman dalam keterangan resminya, Rabu, 13 November.
Nyoman bilang, kolaborasi antar-unit pelaksana teknis (UPT) merupakan langkah strategis dalam menghadirkan teknologi tepat guna yang mendukung peningkatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat pesisir.
"Dengan adanya sinergi antar Unit Pelaksana Teknis di bawah BPPSDM KP, kami dapat mengoptimalkan pengembangan alat dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, seperti teknologi pengeringan rumput laut ini," ucapnya.
Menurut dia, inovasi tersebut merupakan bentuk nyata bagaimana teknologi dapat menjadi solusi berdaya guna bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sektor perikanan.
Sejak tahun ini, kata Nyoman, LRMPHP telah mengemban tugas melaksanakan SFV mekanisasi perikanan bersifat dukungan atas pelaksanaan SFV UPT yang telah berjalan.
Fokus utama kegiatan SFV adalah optimalisasi aset LRMPHP untuk mendesain dan merancang bangun alat pengolahan hasil perikanan guna mendukung kegiatan SFV.
Sementara itu, Kepala LRPMH Kartika Winta Aprilia menjelaskan, alat pengering rumah kaca dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi pengeringan rumput laut.
Sedangkan mesin rotary dryer dipergunakan untuk mempermudah proses pengeringan pelet ikan atau maggot.
Kedua, alat tersebut secara khusus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada sektor ini.
Diketahui, alat tersebut pertama kali diperkenalkan di SFV Wanamina Marana, Maros, Sulawesi Selatan. Penetapan SFV Wanamina sebagai lokasi yang akan didukung didasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan di lapangan, spesifikasi alat dan kesiapan teknologi yang dimiliki LRMPHP.
Adapun sistem pengering rumah kaca itu dirancang untuk menurunkan kadar air rumput laut hingga mencapai tingkat aman yang mencegah perkembangan jamur, mikroorganisme dan serangga serta meningkatkan masa simpan produk.
Dengan ukuran 3x4x2,5 meter, bangunan pengering tersebut didesain dengan sistem efek rumah kaca, menggunakan rangka besi hollow galvanis, penutup dinding dan atap menggunakan plastik mika. Kemudian, ada exhaust fan yang berfungsi membantu menjaga kelembapan ruang dan mengeluarkan uap air.
Dinding dan atap mika berfungsi untuk menangkap dan menyimpan energi sinar matahari yang dipergunakan untuk mengurangi kandungan air produk. Alat ini juga ditambahkan absorben panas untuk mengoptimalkan penyimpanan panas.
Memiliki suhu ruang yang mampu mencapai 56°C dan kelembaban udara ruang rendah, alat ini memungkinkan menghasilkan rumput laut kering berkualitas tinggi dan konsisten.
Sistem pengering berbasis rumah kaca ini dirancang tidak hanya untuk menurunkan kadar air rumput laut hingga ke titik aman, tetapi juga meminimalisir pertumbuhan jamur, mikroorganisme dan serangga, agar tidak dapat berkembang.
Sehingga memperpanjang umur simpan rumput laut dan meningkatkan nilainya di pasar.
BACA JUGA:
Alat pengering ini juga dapat menampung 400-500 kilogram rumput laut per siklus dengan biaya operasional yang efisien dan jauh lebih hemat dibandingkan metode tradisional.
Sedangkan, mesin rotary dryer memadukan proses pengadukan dan pengeringan pelet ikan secara bersama-sama dalam drum yang berputar, sehingga, proses pengeringan pelet dapat berlangsung cepat dengan biaya murah.
Ke depannya, alat pengering berbasis efek rumah kaca ini diharapkan dapat diadopsi di wilayah pesisir lainnya, sebagai bagian dari komitmen KKP untuk mengembangkan ekonomi biru di seluruh Indonesia.