Akui Jatuhnya Satelit Militer yang Gagal Diluncurkan Sebagai Kegagalan Besar, Korut Persiapkan Peluncuran Baru
JAKARTA - Korea Utara mengakui kegagalan peluncuran satelit militernya bulan lalu sebagai kegagalan terbesar, dalam pertemuan partai berkuasa, menurut media pemerintah KCNA pada Hari Senin.
Rapat pleno yang diperbesar diadakan pada Hari Jumat hingga Minggu, memerintahkan para pekerja dan peneliti untuk menganalisa peluncuran satelit militer yang gagal, mempersiapkan peluncuran satelit lainnya dalam waktu dekat.
Mereka yang bertanggung jawab atas peluncuran satelit tersebut "dikritik habis-habisan," kata laporan itu, melansir Reuters 19 Juni.
Pembahasan itu dilakukan dalam pertemuan pleno ke-8 Komite Sentral ke-8 Partai Pekerja Korea (WPK), partai yang berkuasa di negara itu.
Roket Korea Utara jatuh ke laut "setelah kehilangan daya dorong karena mesin tahap kedua yang tidak normal," kata Pyongyang setelah kegagalan peluncuran dalam sebuah pengakuan yang tidak biasa atas masalah teknis.
Korea Utara juga bersumpah akan terus mengembangkan kemampuan nuklirnya, memperkuat solidaritas dengan negara-negara lain yang menentang apa yang disebutnya sebagai "strategi AS untuk supremasi dunia."
Pertemuan itu juga membahas tentang swasembada pasokan pangan, dengan meningkatkan hasil pertanian negara itu dan memenuhi target produksi biji-bijian tahunan.
Baca juga:
- Arab Saudi Umumkan 1 Dzulhijah 1444 Hijriah Jatuh Senin Ini: Wukuf Arafah 27 Juni, Iduladha Keesokan Harinya
- PBB Tuduh Rusia Halangi Pemberian Bantuan untuk Korban Jebolnya Bendungan Kakhovka di Wilayah Ukraina yang Dikuasainya
- Israel Sahkan UU Percepatan Pembangunan Permukiman di Tepi Barat, Tidak Lagi Perlu Persetujuan Politik
- Hari Terakhir Kunjungan ke Beijing, Menlu AS akan Diterima Presiden China Xi Jinping?
Sebelumnya, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan awal tahun ini, situasi pangan di Korea Utara "tampaknya memburuk".
Diketahui, Korea Utara berada di bawah isolasi sanksi internasional yang ketat terkait program senjata nuklir dan rudal balistiknya, menyebabkan ekonominya semakin tertekan oleh penguncian perbatasan yang diberlakukan secara ketat untuk menghentikan wabah COVID-19.