Himki: Peluang Produk Mebel dan Kerajinan RI Masuk ke Pasar Global Terbuka Lebar
JAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) menyatakan peluang masuk ke pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan nasional masih terbuka lebar.
Menurut Ketua Presidium Himki Abdul Sobur, hal itu disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar pada produk mebel dan kerajinan nasional.
"Meskipun, kondisi perekonomian dunia belum pulih akibat kondisi geopolitik, ternyata permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan masih terus tumbuh," katanya melalui keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Senin 19 Juni.
Saat ini, lanjutnya, di sela Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Himki di Solo, Jawa Tengah pada 16-17 Juni 2023, China masih memimpin sebagai eksportir terbesar produk mebel dunia.
Dengan demikian, menurut dia, sebenarnya peluang pasar global terhadap produk mebel dan kerajinan masih terbuka yang disebabkan oleh maraknya pembangunan yang diproyeksikan akan menciptakan permintaan yang cukup besar akan produk mebel dan kerajinan nasional.
Abdul Sobur menambahkan sampai saat ini pasar AS dan Eropa adalah pasar terbesar produk mebel dan kerajinan nasional, namun demikian, Indonesia harus terus berusaha untuk menembus pasar-pasar baru.
Apalagi, tambahnya, kondisi semakin menurunnya permintaan pasar tradisional (AS dan Eropa), yang mana kedua kawasan terbut mengalami inflasi yang cukup besar.
"Untuk mengantisipasi jika situasi semakin memburuk, kita harus memanfaatkan dan mengoptimalkan emerging market, seperti Timur Tengah, India dan pasar Asia lainnya," katanya.
Menurut dia, berbagai upaya untuk meningkatkan industri mebel dan kerajinan nasional akan dibahas di rapimnas, mengingat sektor tersebut adalah industri masa depan bagi Indonesia karena memiliki potensi pengembangan yang sangat besar, baik dari sisi bahan baku, sumber daya manusia, maupun serapan pasarnya.
Industri mebel dan kerajinan, lanjutnya, merupakan salah satu industri prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global, sebagai penghasil devisa negara serta menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan, dan didukung oleh sumber bahan baku yang cukup berupa kayu, rotan, maupun bambu.
Daya saing industri mebel dan kerajinan Indonesia di pasar global, menurut dia, terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan, didukung oleh keragaman corak dan desain yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten.
Mengutip data BPS, Abdul Sobur mengungkapkan ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia selama Januari-Maret 2023 senilai 658,85 juta dolar AS atau turun 34,6 persen dibandingkan periode yang sama 2022 mencapai 1,01 miliar dolar AS.
AS masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan berkontribusi sebesar 53,76 persen diikuti oleh Jepang 6,41 persen, Belanda 4,12 persen, dan Jerman 3,53 persen.
Baca juga:
Sementara itu terkait target ekspor produk mebel dan kerajinan nasional pada 2024, dia menyebutkan pemerintah menetapkan senilai 5 miliar dolar AS
Pada 2021, realisasi ekspor mencapai 3,47 miliar dolar AS, tambahnya, sehingga dalam sisa tahun ke depan untuk mencapai 5 miliar dolar AS pada 2024, maka pertumbuhan yang harus dicapai adalah rata-rata 13,41 persen tahu per tahun.
"Artinya, lebih ringan dari target pertumbuhan sebelumnya sebesar 16,39 persen per tahun. Namun, karena adanya penurunan di tahun 2022, maka pertumbuhan harus mencapai 24,83 persen," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Himki Heru Prasetyo menambahkan Rapimnas Himki tahun ini mengusung tema "Perkuat Soliditas Organisasi untuk Mendukung Akselerasi Pertumbuhan Industri Mebel dan Kerajinan Nasional".
"Rapimnas diadakan di Solo, sebab kota ini memiliki potensi sangat besar, di mana 60 persen dari pelaku UKM berada di wilayah Jawa Tengah," ujarnya.