Kualitas Udara Jakarta Masih Masih Buruk, PSI Nilai Promosi Kendaraan Listrik dari Formula E Saja Tak Cukup

JAKARTA - Kualitas udara di Jakarta masih menjadi langganan predikat buruk sampai saat ini.

Anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Justin Adrian Untayana menilai Pemprov DKI Jakarta perlu lebih gencar menekan polusi udara di Ibu Kota.

Menurut Justin, sudah saatnya Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah pencemaran udara. Tidak hanya sekadar mengampanyekan penggunaan kendaraan listrik dari agenda balapan Formula E seperti yang dilakukan gubernur sebelumnya.

"Penyelesaiannya tak mudah, perlu integrasi di banyak lini. Butuh sosok Gubernur yang tegas, visioner, dengan agenda kerja yang progresif, dibanding yang berpikiran sederhana dengan mempromosikan kendaraan listrik dengan Formula E sebagai upayanya mengurangi polusi," kata Justin kepada wartawan, Selasa, 6 Juni.

Justin mengingatkan Pemprov DKI bahwa kondisi polusi udara di Jakarta berbahaya untuk kesehatan warganya, terutama pada anak-anak.

Untuk itu, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta ini menyebut ada dua hal utama yang perlu dibenahi, mulai dari pembatasan kendaraan bermotor dan perbaikan tata ruang di DKI yan begitu semrawut.

"Kontributor utama atas buruknya kualitas di DKI Jakarta memang polusi akibat kendaraan bermotor. Data korlantas pada 2022 ada sekitar 26 juta kendaraan di DKI Jakarta. Sejauh ini belum pernah ada upaya tegas dalam mengendalikan populasi kendaraan bermotor ini," urainya.

Selain itu, Justin menyatakan penggunaan kendaraan bermotor bisa dilakukan dengan WFH, penegakkan aturan pemilik mobil wajib punya garasi, pengetatan uji emisi yang menaikkan tarif parkir, penindakan parkir liar, serta meningkatkan kapasitas transportasi umum yang aman dan nyaman.

Pada perbaikan tata ruang, Justin meminta Pemprov DKI melakukan perbaikan tata ruang seperti menyediakan rumah susun nyaman terjangkau untuk relokasi pemukiman padat-kumuh kota.

"Hunian yang terkonsentrasi (rumah susun) akan memudahkan pemprov untuk mengintegrasikan antara hunian penduduk dengan sistem transportasi massal," ujar Justin.

Selama hunian penduduk terus menerus tidak terzonasi dengan baik, maka sulit untuk mengintegrasikan dengan jaringan transportasi umum, dan mendorong warga untuk membeli kendaraan bermotor," tambahnya.

Pagi ini, Lembaga data kualitas udara IQ Air menyatakan kualitas udara di Jakarta pada Selasa, 6 Juni pukul 07.00 WIB pagi ini menjadi yang terburuk di dunia.

Indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 157 dengan polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 67 µg/m³ (mikrogram per meter kubik). Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 13,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.

Sementara per pukul 14.00 WIB hari ini, kualitas udara di Jakarta berada pada posisi keempat terburuk di dunia. Udara di Jakarta siang ini dinyatakan tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Indeks kualitas udara di Jakarta siang ini berada di angka 144 dengan polutan utamanya yakni PM 2,5 dan nilai konsentrasi 53 µg/m³. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 10,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.