Bantah Tudingan Ekspansi, PM Estonia: NATO Bukan Ancaman Bagi Keamanan Rusia, Melainkan Imperialisme
JAKARTA - Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas membantah narasi Rusia terkait ekspansi NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara), menyatakan aliansi tersebut lebih mengancam ambisi imperialisme Rusia daripada keamanan nasional Rusia.
Itu dikatakannya dalam sebuah wawancara dengan ERR, setelah berbicara dalam forum keamanan Shangri-La Dialogue di Singapura.
"Referensi paling penting dari pidato saya adalah tentang menyangkal narasi yang terkait dengan NATO. Saya menggunakan negara saya sebagai contoh. Ketika kami dibebaskan dari pendudukan, kami melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Itu berarti kami tidak boleh sendirian," katanya, melansir Ukrinform 5 Juni.
PM Kallas menegaskan, aksesi Estonia ke NATO merupakan pilihan bebas rakyatnya, bukan sesuatu yang dipaksakan oleh kekuatan eksternal.
"Di sini. beberapa orang mengklaim bahwa perluasan NATO sebagai sebuah proses yang entah bagaimana tidak terkait dengan kehendak negara, tetapi saya menyangkal hal ini," ujarnya.
"Rusia berperilaku seperti kekuatan kolonial terakhir yang sebenarnya mencoba untuk menjajah dan memperluas kekaisarannya. Ini adalah topik yang mungkin akan mendapat tanggapan di sini, topik yang akan dipahami di sini," paparnya.
Lebih jauh, PM Kallas juga mencatat, mereka yang menyalahkan NATO atas ekspansi dan eskalasi mengadopsi bahasa dan ideologi imperialis yang dipromosikan oleh Rusia.
"NATO bukan ancaman bagi keamanan Rusia, melainkan ancaman bagi imperialisme Rusia," tegasnya.
Menurutnya, topik penting ketiga dari pidatonya adalah mengenai reaksi terhadap perang, yang pada gilirannya mengirimkan sinyal ke seluruh dunia.
"Jika menggunakan agresi sebagai alat membuahkan hasil karena Anda mendapatkan lebih banyak wilayah atau lebih banyak aset sebagai hasilnya, maka negara-negara lain yang memiliki kekuatan lebih besar juga akan menggunakan alat itu. Dalam hal ini, kita tidak lagi berada dalam tatanan dunia yang berdasarkan hukum internasional, melainkan tatanan dunia yang berdasarkan siapa yang lebih kuat," urainya.
Baca juga:
- Mantan PM Pakistan Imran Khan Tuduh Militer Berusaha Menghancurkan Partainya
- Rusia Klaim Berhasil Cegat 10 Drone Ukraina di Atas Krimea dan Kursk
- Setelah Jet Tempur, Giliran Kapal Perang China Potong Jalur Destroyer Amerika Serikat di Selat Taiwan
- Presiden Zelensky Sebut Rusia Gunakan Jaringan Pemasok untuk Hindari Sanksi Senjata
Tak hanya itu, PM Kallas juga mengingatkan perlunya menjalin hubungan dan kerja sama dengan pihak-pihak yang dapat dipercaya. Menurutnya, sangat penting untuk mengintensifkan kerja sama antara Uni Eropa dan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, untuk mengurangi ketergantungan pada mitra yang tidak dapat diandalkan melalui upaya bersama.
Diketahui, forum keamanan internasional Shangri-La Dialogue merupakan kegiatan tahunan yang digelar di Singapura. tahun ini, gelaran tersebut diselenggarakan pada 2-4 Juni, dengan perang yang dilancarkan Rusia menjadi salah satu topik utama.